18. Lari (Dari Kenyataan)

1.5K 93 1
                                    

——————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——————

"Jadi, Si Cungkring belum juga balas chat lo lagi?" tanya Diva menanggapi curhatan hati Anya yang sedang galau layaknya anak muda yang baru pertama kali jatuh cinta.

"Iya," jawab Anya lesu sambil memandangi bagian belakang mobil orang lain yang berhenti tepat di depan mobil yang sedang Diva kendarai, karena lampu merah sedang menyala di Bundaran Alam Sutera ini.

Diva beralih menatap Anya sambil menyipitkan matanya memindai dengan curiga. "Jadi lo bener-bener jatuh cinta sama Si Cungkring itu, Nya?" tuduh Diva tepat sasaran. "Pakai pelet apaan sih itu orang, sampai bisa bikin orang selempeng lo jatuh cinta sama dia di pertemuan pertama setelah enam tahun lebih tuh bocah menghilang. Heran gue." celoteh Diva panjang lebar..

"Aku nggak bilang kalau udah jatuh cinta sama Gandhi ya, Div. Jangan sembarangan nuduh deh!" protes Anya tidak terima—lebih tepatnya tidak mau mengakui perasaannya yang sebenarnya.

Diva hanya mencebik bosan mendengar jawaban Anya. "Emangnya lo nggak capek apa hanya menerka-nerka perasaan kayak gitu? lo nggak mau tanyain aja langsung sama Gandhi?"

Anya menoleh sambil memincingkan mata ke arah Diva yang mulai kembali menjalankan laju mobilnya, kemudian ia menggelengkan kepala pelan. "Aku belum siap asing lagi kalau tiba-tiba bertanya seperti itu ke Gandhi," kata Anya dengan suara lemas.

Diva kemudian tertawa lebar. "Inimah udah pasti tanda-tanda orang yang baru pertama kali jatuh cinta."

Anya langsung melotot tajam ke arah Diva yang malah tertawa puas. "Aku nggak yakin tentang perasaan itu. Cuma aneh aja... Dia itu tiba-tiba datang tiba-tiba menghilang dan itu—"

"Membuat Pradnya Paramitha untuk pertama kalinya dalam 18 tahun hidupnya, akhirnya merasakan yang namanya jatuh cinta kepada seorang lelaki yang tak lain adalah sahabatnya semasa SD. Iya kan?" tuduh Diva seenaknya setelah memotong ucapan Anya.

Anya tidak menyangka bahwa Diva berhasil mengatakan sebuah prasangka aneh yang sedang menghantui pikiran Anya beberapa hari ini—lebih tepatnya semenjak lelaki itu muncul kembali di hidupnya—dengan tepat sasaran, karena apa yang Diva katakan barusan benar-benar membuat Anya diam seribu bahasa. Temannya yang satu itu memang ahli kalau sudah menyangkut masalah percintaan, ya gimana lagi, Diva kan memang ahlinya dalam masalah perbucinan.

Berbanding terbalik dengan Anya yang nol besar kalau urusan percintaan, Diva itu bisa dibilang ahlinya dalam percintaan. Bagaimana tidak, dari jaman SD hingga kuliah sekarang ini saja sudah tidak bisa dihitung lagi berapa banyak mantan pacar yang pernah ia miliki, sedangkan Anya sekalipun belum pernah merasakan yang namanya pacaran.

Biasanya di kampus ada beberapa kategori mahasiswa yang biasa disebut dengan mahasiswa kupu-kupu (mahasiswa kuliah pulang-kuliah pulang) yaitu mahasiswa yang mageran dan lebih memilih langsung pulang ketika jadwal perkuliahan sudah selesai. Tidak perlu diragukan lagi, Anya sudah pasti masuk ke dalam kategori itu. Dan yang kedua adalah mahasiswa kura-kura (mahasiswa kuliah rapat-kuliah rapat) yaitu mahasiswa dengan tingkat kerajinan super dahsyat yang rela mengikuti berbagai macam organisasi kampus dan merelakan waktu luangnya demi mengikuti berbagai macam agenda dan rapat yang sibuknya paripurna itu. Dan jangan harap Diva masuk ke dalam kategori yang kedua itu, karena sahabat itu justru masuk ke dalam kategori lainnya yaitu mahasiswa kucing-kucing (mahasiswa kuliah bucin-kuliah bucin).

Yang Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang