Setelah mendengar semua penjelasan dari Om Beni, Relaka akhirnya mengetahui alasan Anya tidak mau lagi belajar mengendarai mobil. Relaka merasa kasihan dengan Anya yang ternyata pernah dimarahi habis-habisan oleh instruktur kursus mobilnya dahulu, yang mengakibatkan trauma mendalam untuk gadis itu sehingga ia tidak mau kembali belajar mengemudi. Namun disisi lain, Relaka juga merasa gemas dengan sikap polos gadis itu yang tidak bisa dimarahi oleh orang lain sehingga langsung melaporkan pada Ayahnya. Bisa Relaka bayangkan, mungkin saat itu Anya mengadu sambil menangis tersedu-sedu dan tidak mau lagi belajar mengemudi.
"Tenang aja Pradnya, gue nggak akan marahin lo kok." Relaka kembali bersuara ketika Anya masih tidak bergeming di depan stir mobil yang ia pegang dengan kuatnya.
Anya menoleh ke arah Relaka dengan ekspresi cemas. "Aku takut," katanya yang nampak ketakutan, namun dimata Relaka nampak menggemaskan.
Relaka terkekeh melihat raut wajah Anya yang sangat panik, kemudian ia memegang kedua pundak Anya untuk diarahkan berhadapan dengannya. "Pradnya, lo harus bisa lawan rasa takut lo. Kalau bukan diri lo sendiri yang melawan, terus sampai kapan lo akan bisa."
Anya masih diam seraya mencerna ucapan Relaka yang ada benarnya. Benar, kalau bukan dia sendiri yang melawan rasa takut itu lantas siapa lagi.
"Gue janji nggak akan marah-marah selama ngajarin lo belajar mobil." Relaka berusaha meyakinkan Anya, kemudian tangannya terulur ke arah Anya untuk memberikan jari kelingkingnya sebagai tanda bahwa ia akan dengan sabar mengajarinya sampai bisa.
Dengan menghembuskan napas pelan Anya pun mengangguk. "Janji ya?" tanyanya untuk memastikan lagi yang dibalas anggukan oleh Relaka.
"Oke sebelum kita mulai, gue mau kenalin lo sama fitur-fitur yang ada di mobil ini," ucap Relaka memulai kursus di hari pertama ini. "Berhubung ini mobil manual, jadi lo harus paham dulu fitur pentingnya karena ada tiga pedal yaitu rem, gas dan kopling." Relaka kembali menjelaskan sambil menunjukkan yang mana pedal rem, gas dan kopling.
Relaka sengaja mengajari Anya untuk belajar mobil manual dulu sebagai pemula, karena adaptasi dari manual ke matik jauh lebih cepat dibandingkan dari matik ke manual.
Anya yang mendengar penjelasan Relaka hanya mengangguk paham, karena lelaki itu sangatlah sabar menjelaskan padanya mengenai tiga pedal tersebut.
"Sampai sini paham nggak? atau masih bingung?" tanyanya memastikan Anya yang hanya mengangguk saja.
"Paham kok." jawab Anya cepat.
"Oke. Lanjut disini ada tombol lampu sein, klakson dan tuas persneling." katanya kembali seraya menunjukkan letak tombol yang mendukung fitur mobil tersebut. "Gimana masih bingung nggak?"
Anya menggeleng, karena ia mulai paham dengan yang Relaka jelaskan.
"Setelah lo kenal sama fitur-fitur pentingnya, sekarang lo harus paham sama fungsinya." kemudian Relaka menunjuk setiap fitur mobil dengan telunjuknya. "Pedal yang ada di kaki kiri lo itu namanya kopling, fungsinya untuk menaikkan atau menurunkan gigi ya semacam yang memutuskan kecepatan putaran roda dan mesin mobil begitu. Terus pedal yang di tengah itu remnya untuk menghentikan laju mobil. Dan yang di kaki kanan lo itu pedal gas, dimana digunakan untuk memberi dorongan atau gerakan supaya mobilnya bisa berjalan." jelas Relaka panjang lebar.
Anya tersenyum tipis sekali, ketika Relaka benar-benar menepati janjinya untuk selalu sabar saat mengajarinya. Lelaki itu terlihat sangat berhati-hati dengan perkataannya, takut membuat Anya tiba-tiba menangis karena merasa tertekan.
"Dan yang terpenting, lo harus konsentrasi ya Pradnya." Relaka kembali menatap Anya untuk memastikan bahwa gadis itu harus fokus dan tenang selama mengemudi. "Nggak usah takut, lo harus yakin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...