"Isi hape lo sepi banget sih, Nya. Udah kayak isi dompet di akhir bulan aja," ujar Diva seraya melempar kembali handphone Anya ke atas kasur.
Anya yang sedang menyelesaikan gambarannya hanya mendengus pelan saat mendengar celotehan sahabatnya itu.
"Sekali-kali dong, Nya, lo manfaatkan muka lo yang lumayan itu buat bikin akun media sosial, Instagram contohnya," celoteh Diva lagi, kali ini sambil memerhatikan Anya yang tengah asik mewarnai hasil gambarannya. "Gue aja yang mukanya jauh diatas lo, punya banyak pengikut di Instagram dan juga banyak yang endorse. Apa kabar lo yang mukanya jauh dibawah gue, gue yakin pasti akun Instagram lo bakalan banjir pengikut, Nya." celotehan Diva lagi yang tiada henti.
Anya sebenarnya sudah sangat bosan mendengar pernyataan itu lagi-lagi keluar dari mulut sahabatnya yang tidak bisa diam itu. Pasalnya, sudah sering sekali Diva mengatakan hal itu dengan maksud terselubung yaitu untuk membujuk Anya agar mau membuat akun media sosial, khususnya akun Instagram. Namun, tetap saja, apa yang Diva katakan itu hanya angin lalu bagi Anya. Lagi pula, daftar teman yang ada di kontak handphone Anya saja tidak lebih dari 50 kontak, bagaimana jadinya kalau dia membuat akun Instagram, mana ada yang mengikutinya. Sebenarnya tidak ada hubungannya sih, tapi tetap saja Anya tidak tertarik untuk membuat akun Instagram.
Anya tidak berniat untuk membalas ucapan Diva, ia malah asik memandangi hasil gambarannya yang sudah jadi.
Anya terus memandangi hasil gambarannya dengan senyum tipis. Baginya, hanya dengan menggambar ia bisa mencurahkan segala sesuatu yang mengganjal dihatinya, karena apa yang mengganjal dihatinya itu bisa tersampaikan dengan apa yang ia tuangkan dalam goresan objek yang menyejukkan mata dan hatinya.
Mungkin, untuk orang lain gambar itu hanya gambar biasa yang menampakkan indahnya pemandangan ungunya langit senja di balik siluet dua pohon yang berbeda. Tapi, bagi Anya gambar yang ia buat di sketchbook yang Gandhi berikan itu melambangkan apa yang ia rasakan saat ini.
Siluet pohon yang memiliki daun itu, bagi Anya melambangkan aspek terdalam dan paling tidak disadari dari kepribadian yang kita miliki, gambar pohon itu juga dapat mewakili hal-hal yang biasanya Anya simpan untuk dirinya sendiri. Karena terkadang, Anya lebih suka menyimpan hal-hal tertentu yang ia rasakan seorang diri tanpa membaginya pada siapapun. Kecuali, ia tuangkan dalam bentuk goresan gambar yang tertuang di sketchbook dan kanvas lukisnya.
Makna dua batang pohon yang hanya menyisakan ranting-ranting tanpa daun yang terlihat gersang itu memiliki arti tersendiri, yaitu bahwa sesuatu yang terlihat tidak kokoh dan mudah patah sebenarnya juga mampu untuk menahan beban, beban yang menempel dirantingnya. Dibalik ranting-rantingnya yang mudah patah itu nyatanya ada banyak hal yang sering kali diabaikan manusia, karena ranting-ranting itu juga masih bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna. Karena setiap hal apapun yang mudah patah tak selamanya tidak berguna, karena selama kita masih bisa memanfaatkannya dengan baik pasti sesuatu yang tak berguna itu bisa menjadi sesuatu yang lebih bermakna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...