26. Banyak-banyak Gandengan Tangan

1.2K 95 6
                                    

————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

————

Awalnya, Relaka hanya ingin mengajak Anya jalan-jalan keliling mal yang tidak jauh dari komplek perumahannya saja. Namun Anya kurang setuju dengan ide lelaki itu, sehingga ia menyarankan Relaka untuk jalan-jalan ke suatu tempat yang sebenarnya sangat ingin Anya kunjungi sejak beberapa waktu yang lalu, tetapi belum terlaksana. Untungnya saat Anya mengajak pergi ke tempat itu, Relaka menyetujui ide Anya tanpa banyak protes.

Dan di sinilah mereka saat ini, di Kawasan Pasar Glodok, Petak Sembilan, Jakarta Barat.

Kawasan Pasar Glodok merupakan sebuah wilayah Pecinan di kota Jakarta, kawasan ini merupakan salah satu wilayah Pecinan terbesar di kota Jakarta, dan menjadi salah satu motor penggerak ekonomi di Jakarta sejak dulu hingga kini.

Kawasan Pecinan terbesar di Jakarta ini merupakan bagian dari kota lama Jakarta, dan ada beberapa kawasan utama di dalamnya. Ada 3 wilayah utama yang berada di Kawasan Pasar Glodok, yaitu Gang Gloria, Jalan Pancoran, dan Petak Sembilan.

Kawasan pertama yang akan Anya dan Relaka jelajahi kali ini yaitu kawasan Gang Gloria yang berada di daerah Pancoran, Glodok. Gang Gloria merupakan sebuah gang kecil yang berada di salah satu kawasan pecinan tua di Jakarta Barat. Sebelum berbelok menuju Gang Gloria, Anya dan Relaka disambut oleh deretan poci teh yang bisa dinikmati gratis oleh siapapun yang melintasinya. Itulah yang dinamakan Pantjoran Tea House, sebuah restoran yang gedungnya memiliki sejarah panjang sampai jauh sebelum Indonesia merdeka.

Konon, ada seorang kapiten Cina bernama Kapiten Gan Djie (Kapitein der Chineezen) ketiga di Batavia beserta istrinya sebagai pemilik gedung tersebut yang memulai tradisi menyediakan delapan teko teh gratis bagi siapapun yang melintas. Pada zaman di mana air bersih adalah barang yang langka, menyediakan delapan teko teh secara gratis adalah sebuah perbuatan yang mulia.

Selain itu, teko yang berjumlah delapan, berkaitan dengan bentuk angka delapan yang tidak putus dari ujung ke ujung, dipercaya membawa keberuntungan yang tidak putus-putus baik bagi pemberi maupun penerima teh itu.

Tradisi menyediakan delapan poci teh ini kemudian disebut sebagai tradisi Patekoan karena 'pa' dalam bahasa Cina berarti delapan, sedangkan "teko" adalah cerek untuk tempat air minum, sehingga Patekoan kurang lebih berarti delapan teko yang berisi air untuk diminum.

"Kamu mau coba nggak?" tawar Anya pada Relaka, saat keduanya melewati Pantjoran Tea House yang mana ketika melewati gedungnya terdapat meja yang menyediakan delapan teko poci teh yang bisa dinikmati siapa saja.

"Emang itu boleh diminum?" tanya Relaka yang sedikit kebingungan.

"Boleh dong," jawab Anya seraya menuangkan poci teh ke dalam gelas yang sudah disediakan dan memberikannya kepada Relaka. "Nih."

Relaka menerima teh yang Anya berikan, kemudian ia melepas masker yang ia kenakan. "Delapan teko itu rasa tehnya beda-beda atau gimana?"

"Nggak kok, rasa tehnya sama semua. Sama-sama teh poci," jawab Anya. "Yang membedakannya mungkin karena katanya, teh ini akan membawa keberuntungan bagi si pemberi tehnya ataupun orang yang meminum tehnya."

Yang Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang