4. Curhatan Anya

3.5K 234 3
                                    

Anya dan Diva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anya dan Diva

—————

Setelah datangnya surat dan undangan wisjur dari Gandhi kemarin, justru membuat hati Anya tidak tenang karena Anya terus memikirkan surat dan undangan dari Gandhi itu. Terbukti saat tadi dosen menjelaskan materi perkuliahan, Anya sama sekali tidak mendengarkan penjelasan dari sang dosen karena pikirannya melayang pada surat dan undangan yang sejak tadi ia pegang. Anya terus berpikir, haruskah ia datang atau tidak?

"Anya mana?" dari kejauhan Anya mendengar ada seseorang yang sedang mencarinya dan dari suaranya saja Anya sudah sangat familiar.

"Itu disana." tunjuk salah satu teman kelas Anya ke arahnya duduk, karena sejak tadi ia sedang melamun di kursinya.

"Woy! Ngelamunin apaan sih, lo?" ucapnya mengagetkan dan membuat Anya tersentak.

Anya menatap kesal seseorang yang mengagetkannya barusan. Ya, siapa lagi kalau bukan Diva—sahabatnya sejak kecil hingga sekarang, yang selalu satu bangku dengannya sejak TK, SD dan SMP, meskipun saat SMA mereka berbeda sekolah tapi hubungan persahabatan mereka masih baik-baik saja sampai sekarang, karena memang rumah mereka juga berdekatan. Hingga akhirnya, mereka bisa satu kampus lagi saat berkuliah meskipun dengan jurusan yang berbeda.

"Aku kira siapa? Bikin kaget aja," kata Anya yang masih menatap bimbang undangan dan surat yang ada di tangannya itu.

"Temanin gue, yuk?" ajak Diva sambil menggeret tangan kiri Anya secara paksa.

"Kemana?" tanya Anya lesu, namun badannya yang tak bertenaga itu tidak berniat beranjak dari duduknya.

"Ke Cafe seb—eh itu apaan sih?" Diva yang sadar akan sesuatu di tangan Anya dengan tiba-tiba merebutnya dengan penasaran.

Anya tidak merebutnya lagi dan membiarkan Diva membacanya sampai selesai. Tapi, baru saja selesai membaca undangan itu, Diva sudah berteriak histeris.

"Apa-apaan nih! Lo dapet undangan wisjur? Seriusan? Ini dari siapa? Emang lo punya temen yang jadi taruna?" tanya Diva heboh, ia nampak terkejut dengan isi dari undangan itu.

"Baca aja suratnya sampai selesai." bukannya menjawab pertanyaan beruntun Diva, Anya justru menyuruh shabatnya itu untuk membaca surat dari Gandhi agar tidak penasaran.

Akhirnya Diva memutuskan untuk duduk di kursi kosong di sebelah Anya dan membaca surat itu dengan serius.

"Ini Gandhi...?" tanya Diva setelah membaca surat itu, sepertinya ia tidak asing dengan nama Gandhi itu siapa, tapi mungkin sedikit ragu untuk menyebutkannya karena sedikit lupa.

"Iya, Baragandhi Maharaka. Temen SD kita dulu," kata Anya menjelaskan.

Diva nampak terkejut, ekspresinya sama seperti pertama kalinya Anya mengetahui hal itu.

Yang Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang