36. Perasaan Yang Sesungguhnya?

180 15 0
                                    

Hampir dua minggu ini Anya cukup kelelahan karena melakukan beberapa hal dalam satu waktu, mulai dari mengerjakan dan mempersiapkan proyek tugas akhir semester untuk acara pameran hingga menuntaskan belajar mengemudinya. Selama itu pula, kemampuan mengemudi Anya juga sudah semakin berkembang pesat meskipun ia masih belum berani untuk terjun langsung ke jalan raya. Dan selama dua minggu ini, Anya juga dibuat kelelahan menghadapi sikap berlebihan yang Relaka tunjukkan padanya secara lebih terang-terangan.

Sejujurnya, sebagai gadis awam yang tidak pernah dekat dengan lelaki dalam artian pacaran, Anya jelas mengetahui pasti maksud dan tujuan Relaka yang selalu mendekatinya dan menganggunya. Lelaki itu bahkan dengan terang-terangan melakukan PDKT alias pendekatan kepadanya.

Anya memang bukanlah seseorang yang mudah luluh hanya karena perlakuan spesial dari lawan jenis saja, ia akan mempertimbangkan banyak hal untuk akhirnya dapat menyimpulkan perasaannya yang hanya sekadar suka. Bahkan perasaanya terhadap Gandhi yang ia yakini benar-benar ada, nyatanya hingga sekarang masih menjadi misteri belaka karena sejujurnya Anya tidak merasakan perasaan cintanya pada Gandhi atau bahkan Anya tidak tahu perasaan cinta itu seperti apa. Sedangkan Relaka, lelaki yang baru hadir dihidupnya ini tidak mungkin membuat hatinya langsung luluh begitu saja. Meskipun Anya tahu, lelaki itu sudah melakukan banyak hal untuknya.

Awal pertemuannya dengan Relaka memang tidak menyenangkan, tetapi semakin hari Relaka semakin menunjukkan rasa ketertarikannya pada Anya dengan cara yang berbeda. Anya juga sadar, bahwa Relaka memang satu-satunya laki-laki yang memberikan first experience kisah masa kuliahnya sedikit berwarna. Banyak hal yang baru pertama kali Anya lakukan saat bersama Relaka, mulai dari Relaka yang selalu membuatnya kesal, Relaka yang mengajaknya jalan-jalan, Relaka yang menggandeng tangannya, Relaka yang secara tidak langsung mengajaknya menonton konser, Relaka yang berani berbincang dengan orang tuanya, Relaka yang selalu memperhatikan hal-hal kecil darinya hingga Relaka yang mengajarinya mengendarai mobil dengan sabar sesuai janjinya.

Apalagi dua minggu belakangan ini, Relaka hampir setiap hari menjemputnya sepulang dari kampus dan membawakan bekal dari Mamanya. Seperti hari ini, Relaka sudah menunggunya di depan kampus.

"Kamu udah nunggu dari tadi?" tanya Anya saat sudah duduk di kursi penumpang sebelah Relaka.

"Sekitar sepuluh menit yang lalu," jawab Relaka seraya menyerahkan wadah bekal ke Anya. "Dari Mama lagi."

Anya menoleh ke arah Relaka dengan tatapan tajam, pasalnya kemarin ia sudah meminta lelaki itu untuk tidak perlu repot-repot membawakannya bekal. Anya tentu saja merasa tidak enak dengan Mama Relaka, apalagi mereka berdua tidak pernah bertemu dan Anya belum pernah berterima kasih secara langsung untuk setiap bekal yang dibawakan untuknya.

"Mama yang maksa." Relaka kembali berujar saat melihat tatapan tajam Anya, sebelum Anya mencercanya.

Dengan berat hati Anya akhirnya menerima bekal buatan Mama Relaka, namun sedetik kemudian senyumnya seketika mengembang saat melihat ada sticky note di atas tutup bekal itu.

Relaka bilang kemampuan mengemudi kamu sudah bagus dan lancar. Mama ikut senang mendengarnya, semoga kamu segera berani bawa mobilnya ke jalan raya ya supaya lebih jago nyetirnya. Ini masakan spesial Mama untuk keberhasilan kamu. Salam sayang Anya cantik, semoga kita segera bertemu ya.

Mama Relaka

Senyum Anya tidak bisa ia tahan setelah membaca catatan sederhana yang Mama Relaka tempelkan di tutup wadah bekalnya, Anya merasa semakin tidak enak karena Mama Relaka begitu baik dan perhatian kepadanya sedangkan Anya masih belum bisa membalas kebaikannya. Lebih tepatnya Anya belum siap jika bertemu dengan Mamanya Relaka, karena beberapa hari yang lalu Relaka sempat mengajaknya untuk bertemu Mamanya namun Anya tolak karena merasa belum yakin.

Yang Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang