————
Tepat lima belas menit yang lalu, kelas Pak Komang (dosen mata kuliah Drawing I) baru saja berakhir. Tetapi Anya dan teman-teman sekelasnya masih betah berada di kelas untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh beliau, karena deadline yang diberikan oleh dosen tersebut untuk mengumpulkan tugas paling lambat pukul satu siang nanti, sedangkan sekarang ini jam ditangan Anya sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Oleh karena itu, ia harus segera menyelesaikan tugas tersebut agar bisa segera pulang ke rumahnya.
"Nya, lo udah selesai belum?"
Anya langsung menoleh ke samping kanan, saat teman sekelasnya menanyakan hasil gambarnya. "Udah, tapi belum perfect. Tinggal gradasi sama coloring aja. Kamu udah, Ran?"
"Udah. Lo mau lihat hasil gambar gue nggak?"
"Boleh," Anya langsung mengintip hasil gambar temannya itu. "Wih... Keren, Ran!" seru Anya saat melihat hasil gambaran temannya yang bagus itu. "Tempatku nggak ada apa-apanya dibandingkan punyamu," kata Anya memuji hasil gambaran temannya itu.
"Iyalah, punya gue emang nggak ada tandingannya," jawab lelaki itu jumawa dan dibalas tawa oleh Anya. "Gue kumpul duluan ya. Semangat, Nya."
"Oke. Hati-hati," jawab Anya sambil melambaikan tangan saat lelaki itu melangkah keluar kelas untuk mengumpulkan tugasnya yang sudah selesai.
Lelaki yang Anya panggil 'Ran' itu adalah Randu, salah satu teman sekelasnya—meskipun mereka tidak terlalu kenal dekat, hanya basa-basi biasa saja.
Baru saja Anya akan kembali fokus untuk menyelesaikan gambarannya, tiba-tiba muncullah sosok yang selalu sok akrab dengan semua orang itu dengan langkah girang memasuki kelasnya dan berdiri di depan kelas tanpa malunya sambil mengangkat snack di tangan kanannya tinggi-tinggi.
"Guys! Gue bawa snack nih, ada yang mau nggak?!" tawarnya pada seluruh penghuni kelas dengan suaranya yang seperti toa masjid itu.
Ya, siapa lagi yang mau melakukan tindakan tidak tahu malu itu kalau bukan Nadiva Amaranty Laksani alias Diva. Diva merupakan sosok yang selalu ceria dan memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Bagaimana tidak? jika hampir setiap hari ia akan menghampiri Anya ke kelasnya tanpa rasa takut dan malu, padahal ia berasal dari jurusan yang berbeda. Sebab, yang hanya ada dipikiran Diva adalah ia harus selalu menyambangi Anya, karena Diva tahu bahwa sahabatnya itu susah sekali untuk berbaur dengan teman barunya.
Satu kelas langsung hening mendengar suara lantang Diva sambil mengamati manusia sok akrab itu dengan heran, sedangkan yang menjadi objek tatapan malah tersenyum sambil memperlihatnya deretan gigi putihnya di depan kelas.
Karena tidak ada yang menjawab sama sekali, Diva justru berkeliling kelas sambil menawarkan snack yang ia bawa pada teman-teman satu kelas Anya. Padahal, di kelas itu tidak ada yang mengenal Diva, mungkin ada yang mengenal Diva tapi hanya sebatas Diva yang sering main ke kelas Anya. Selebihnya tidak ada yang saling mengenal. Memang Diva itu orangnya sok asik banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...