Hari senin dengan segudang kesibukan merupakan hal yang sangat wajar, apalagi untuk sekumpulan mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual semester 3 ini. Anya yang termasuk ke dalam sekumpulan itu nampak tengah sibuk untuk mempersiapkan minggu UAS, yaitu minggu dimana mereka akan menjalani UAS dan berkontribusi dalam pameran tugas besar yang akan diadakan di Gedung Serba Guna kampusnya.
Banyak yang bilang menjadi anak DKV itu enak, karena tidak ada UTS dan UAS layaknya ujian di kelas dengan diawasi oleh pengawas seperti ujian-ujian pada umumnya. Namun jangan salah, meskipun tidak ada ujian di kelas tetapi gantinya adalah tugas besar yang biasanya disiapkan dua minggu sebelumnya. Di saat jurusan lain sibuk belajar untuk ujian, anak DKV hanya datang ke kampus untuk mengumpulkan tugas besar saja setelah itu bisa hang out dan jalan-jalan ke mal. Tapi mau bagaimana pun, setiap jurusan pasti memiliki tingkat kesulitan dan kemudahannya masing-masing.
"Gimana Nya, udah ada bayangan mau buat proyek tugas besar apa buat pameran karya akhir minggu depan?" Anya sedikit terkejut akan kedatangan seseorang yang tiba-tiba duduk di bangku kosong sebelahnya dan menanyakan hal itu. Seseorang itu adalah Randu, salah satu teman kelasnya sebelum berpisah saat kelas peminatan.
"Aduh... belum kepikiran nih, Ran." jawab Anya yang nampak tidak antusias, karena sejujurnya Anya bingung sekali akan membuat proyek tugas besar apa. "Kalau kamu?"
Randu nampak berpikir sejenak sebelum menjentikkan jari jempol dan telunjuknya. "Belum ada ide juga sih, Nya. Tapi anak-anak animasi sepakat memakai tema tugas besar perancangan motion comic nusantara."
"Wih! pasti bakalan seru banget ya nanti acara pamerannya." Anya cukup antusias mendengar tema tugas akhir kelas peminatan sebelah.
Pameran tugas besar itu nantinya akan berlangsung selama 2 hari dan dibuka untuk umum, jadi siapa pun dapat berkunjung untuk melihat hasil karya anak-anak DKV.
"Abis ini lo langsung balik atau gimana, Nya?" Anya tertegun, tak biasanya Randu menanyakan hal itu.
"Langsung pulang deh kayaknya, kenapa Ran?"
Randu tidak langsung menjawab, ia nampak ragu untuk melanjutkan kata-katanya. "Eum... nggak jadi deh Nya, mungkin kapan-kapan aja." katanya kemudian, setelah itu ia bangkit dari duduknya. "Kalau gitu gue balik ke GSG lagi ya, Nya."
Anya masih mengamati punggung Randu yang semakin pergi menjauh dengan kening mengerut, karena ia bingung dengan tingkah aneh temannya itu.
Karena sudah tidak ada perlu lagi di kampus, Anya berniat memesan ojek online untuk pulang ke rumahnya. Namun, belum sempat memesan ia mendapatkan panggilan masuk dari nomer tidak dikenal.
Anya menautkan kedua alisnya dengan ekspresi bingung mengamati nomer tidak dikenal tersebut. Pikiran langsung mengarah pada seseorang yang sudah menghilang lagi dari hidupnya, apakah itu Gandhi? kenapa nomernya ganti lagi? atau...
Karena terlalu banyak pertanyaan bersarang dikepalanya, akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?... Siapa ya?" Anya bertanya dengan penasaran.
"Gue udah di depan kampus lo nih."
Jawaban sesorang tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi Anya, ternyata yang menghubunginya bukan Gandhi melainkan seseorang yang sangat malas untuk Anya temui yaitu Relaka.
Dengan menghela napas pasrah, Anya pun menjawab kembali. "Kamu dapat nomer aku darimana?"
"Dari Ayah lo. Bisa buruan ke depan nggak? gue udah nungguin lo dari tadi nih." ujar Relaka, kemudian pria itu langsung mematikan panggilannya.
Anya benar-benar tidak habis pikir dengan Relaka yang bersikap seenaknya saja, memangnya siapa yang menyuruh pria itu menunggunya.
Dengan langkah tergesa, Anya berjalan ke depan kampusnya untuk mencari keberadaan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...