Sudah satu minggu sejak terakhir kali Anya bertemu dengan Gandhi dan keluarganya di Magelang, nyatanya tidak ada kabar apapun tentang lelaki itu. Ck. Memangnya apa yang Anya harapkan dari pertemuannya kembali dengan Gandhi setelah enam tahun tidak bertemu selain hanya sebagai seorang teman yang menghadiri acara wisuda prajurit teman masa kecilnya. Hanya Itu saja, tidak lebih.
Anya pikir ada yang salah dengan dirinya semenjak pertemuannya dengan Gandhi satu minggu yang lalu, entah apa itu, intinya Anya hanya merasa kembali kehilangan sosok sahabat masa merah putihnya.
Bahkan ia merasa kesehariannya semenjak kuliah sangat membosankan, ia sudah seperti mahasiswa kupu-kupu yang kegiatannya hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang. Bahkan kampusnya yang terletak di kota Tangerang tidak mampu membuat Anya merasa harus hang out ke tempat hits kawasan itu sebelum pulang ke rumah. Nyatanya Anya masih saja anak rumahan yang merindukan kasurnya sepanjang hari. Membosankan. Berbeda dengan Diva, sahabatnya itu sangat hobi menjelajah jejeran cafe-cafe hits untuk ditongkrongi dan belanja outfit dari satu mal ke mal lain.
Tapi bukan berarti Anya tidak pernah nongkrong dan belanja ya, hanya saja tidak sesering Diva. Anya dan Diva itu sangat berbeda dalam pergaulan, Anya itu tipe orang yang susah sekali mengakrabkan diri dengan orang-orang baru maka dari itu temannya hanya hitungan jari. Sedangkan Diva, dia itu ratunya sosial, temannya ada dimana-mana dan setiap tongkrongan pasti berbeda-beda. Diva itu termasuk ke dalam jajaran anak-anak hits di kampusnya. Kalau kata Diva, dia harus gaul karena dia adalah mahasiswa bisnis and management. Padahalkan tidak ada hubungannya. Memang tidak waras sahabatnya itu.
Karena sudah tidak ada jadwal kelas lagi, Anya memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Awalnya ia berniat untuk membeli buah mangga, namun di kedai buah yang biasanya Anya beli ternyata buah mangganya sudah habis. Jadinya ia langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia langsung disapa oleh suasana rumahnya nampak sepi. Seharusnya Anya tidak perlu kaget karena sejak dulu pekerjaan orang tuanya memang sangatlah sibuk, jadi sendirian di rumah harusnya sudah biasa ia jalani. Sedangkan Lula mungkin masih di sekolahan atau di tempat bimbel karena adiknya itu lumayan aktif dalam belajar dan ambis dalam pendidikannya, sangat berbeda dengan kakaknya yang sangat santai.
Akhirnya Anya memutuskan untuk menuju kamarnya dan berhibernasi sampai jam dindingnya menunjukkan pukul empat sore.
Baru saja Anya bersiap-siap untuk merebahkan tubuhnya di kasur empuknya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Lula yang berjalan ke arahnya.
"Kamu itu bikin kaget aja, Dek. Kalau masuk ketuk pintu dulu dong." Protes Anya pada Lula yang asal masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. "Kamu juga sejak kapan sudah ada di rumah?"
"Udah dari tadi, Kakak." Justru saat ini, Lula sudah duduk di tepi ranjang Anya sambil membawa sebuah paket yang ia tidak tahu isinya apa. "Ada paket nih, Kak." Lula kemudian menyerahkan sebuah paket kepada Anya.
"Kayaknya Kakak nggak pesan paket deh."
Lula mengedikkan bahunya. "Nggak tahu, tapi itu beneran buat Kak Anya kok." Lula meng
Karena penasaran, akhirnya Anya menerima paket itu dan memberanikan diri untuk membaca nama pengirim paket itu.
Setelah membaca nama pengirim paket itu dan mengetahui siapakah orangnya, jantung Anya yang tadinya berdetak sewajarnya kini malah memberontak melebihi tempo seharusnya.
Karena nama pengirim paket itu masih sama dengan nama pengirim amplop cokelat yang datang kepadanya beberapa minggu yang lalu. Yang berhasil mengantarkan Anya menuju Magelang, tempat yang sama sekali tidak pernah ada dalam list kunjungannya. Anya memang memiliki sebuah wish list berisi impiannya untuk solo traveling menjelajahi kota-kota di Indonesia yang sangat ingin ia kunjungi, dimana kota-kota tersebut membuatnya penasaran ingin mengetahui lebih jauh tentang tempat tersebut. Dan semoga saja suatu saat nanti Anya bisa memenuhi impiannya untuk solo traveling. Semoga saja.
Tetapi... Magelang tidak termasuk ke dalam wish list-nya. Bahkan, awalnya ia tidak tahu mengenai keberadaan kota tersebut, apalagi ia datang ke Magelang hanya untuk menghadiri upacara wisuda prajuritnya Gandhi. Benar-benar diluar perkiraan Anya.
Lagi-lagi Gandhi, Gandhi dan Gandhi.
Ada apa sih sebenarnya dengan Gandhi? Kenapa Anya harus dipertemukan kembali setelah mereka berdua terbelit tali tak kasat mata bernama keasingan yang melilit mereka sangat kuat selama enam tahun tidak pernah bertemu dan harus dipertemukan kembali di kota sejuta bunga, Magelang. Namun apakah kini Anya kembali bisa menyebutkan bahwa dirinya dan Gandhi adalah dua orang asing lagi. Karena sudah hampir satu minggu setelah pertemuannya di Magelang waktu itu, ia dan Gandhi sudah tidak berkomunikasi lagi. Namun tiba-tiba hari ini datang sebuah paket darinya.
"Kenapa belum dibuka juga Kak, paketnya? Lula penasaran tahu isinya apaan," kata Lula yang berbaring di sebelah Anya, sedangkan Anya masih bersandar pada kepala ranjang dengan tatapan bingung menatap paket yang ada pangkuannya.
"Keluar sana Dek, Kakak mau istirahat." usir Anya sambil mendorong pelan tubuh Lula, tanda bahwa ia tidak ingin adiknya itu mengetahui apa isi yang ada di dalam peket tersebut.
"Dih, kan Lula penasaran sama isi paket dari Bang Gandhi, Kak." protes Lula yang nampak kesal.
"Apaan sih, Dek. Masih kecil juga, sana balik ke kamarmu." usirnya lagi sambil terus mendorong pelan sang adik agar segera keluar dari kamarnya.
"Kakak pelit banget sih," sungut Lula kesal, lalu ia bangkit dari kasur Anya dengan kesal dan menutup pintu kamar kakaknya dengan kasar.
BERSAMBUNG.
Selamat membaca :)
Semoga kalian menikmati cerita ini ya. Sabar masih awalan. Hehe.
Jumat, 27 Maret 2020|salam, tmsky
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...