Anisa - 02

902 57 7
                                    

Happy reading....
Jangan lupa vote dan komennya...

**✿❀ ❀✿**

"Apa kau bisa pulang weekend ini?" Suara seseorang terdengar di ponsel Anisa.

"Aku tidak janji Ma. Jadwalku padat hingga minggu depan," ucap Anisa. Tangannya memindahkan ponsel ke telinga yang lain lalu mengapit ponsel itu dengan bahunya dan tangannya mencari kunci pintu apartemen di tas Hermes miliknya.

"Anisa... Kau sudah kembali dari luar negeri sejak minggu lalu tapi kau belum kembali kerumah bertemu mama dan papa dan lebih memilih menginap di apartemen. Apa kau tidak merindukan mama dan papa?  Sebentar lagi kakakmu Aria akan menikah. Tidak ada lagi yang akan menemani mama dirumah. Putri bungsu mama memilih tinggal di apartemen dibandingkan di ruma---"

"Oke. Oke.. Aku akan pulang weekend ini Ma." Bisa terdengar suara ibunya yang tadinya bersedih berubah senang saat Anisa memutuskan untuk kembali. Anisa hanya memutar bola mata malas. Ia sudah tahu jelas kelakuan ibunya yang suka berdrama.

Setelah telpon sang ibu padam, Anisa segera memasuki kamarnya. Minatnya yang ingin memasak hilang. Setelah memikirkan harus kembali kerumah weekend ini, Anisa jadi tidak bersemangat.

Bukan tanpa alasan Anisa tidak ingin kembali ke rumah. Ia rindu kedua orangtuanya juga kakak perempuannya. Tapi Ia hanya tidak bisa bertemu dengan pria itu. Calon mempelai kakaknya. Seseorang yang menghancurkan hatinya dimasa lalu.

Rasa sakitnya masih sama. Anisa tidak tahu apakah perasaannya bisa ia tahan saat bertemu dengan pria itu kembali.

Anisa membaringkan tubuhnya diranjang. Perempuan itu mengambil ponsel miliknya dan memencet nomor sahabatnya.

"Ya? Bianca here."

"Weekend ini aku akan kembali ke rumah. Tolong atur ulang jadwalku," ucap Anisa.

Tidak ada tanggapan dari Bianca untuk sesaat. "Apa kau baik-baik saja? Mau kutemani?"

Anisa tersenyum pedih, walau Bianca tidak bisa melihatnya. "Tidak apa. Bagaimanapun Aku harus menghadapi ini kan? Kalau begitu aku harus bersiap. Sampai bertemu Senin nanti Bi." Anisa segera menutup panggilan dengan Bianca. Ia hanya tidak ingin Bianca bertanya lebih karena Ia tahu, Bianca pasti mengerti perasaannya saat ini.

*****

Hari Senin adalah hari paling sibuk bagi para pejuang rupiah. Jalanan yang padat menjadi makanan sehari-hari apalagi dihari Senin.

Anisa melangkah memasuki kantor model tempatnya bernaung. Ia menghampiri ruangan Bianca.

"Kau sudah kembali?" Bianca menyambut kedatangan sahabatnya.

"Hm. Ini titipan dari Mama." Anisa memberikan buah tangan dari sang ibu untuk Bianca.

"Wahh.... Titip salamku untuk Tante Kusmiati. Terimakasih banyak untuk oleh-olehnya. Tante memang tahu kesukaanku," ujar Bianca senang.

Anisa hanya berdeham perempuan itu memilih duduk di sofa dan menyenderkan kepalanya.
Bianca menyadari perubahan sikap sang sahabat. Perempuan itu meletakkan bingkisan dari Mama Anisa dan menghampiri sahabatnya.

"Kau kelihatan lelah. Ada apa? Apa terjadi sesuatu selama disana?" Tanya Bianca. Anisa hanya bergumam sembari memejamkan mata. Perempuan itu terlihat tidak begitu semangat dan merasa lelah.

"Apa kau tahu jika aku bertemu Juanto disana?" Mata Bianca melebar. Perempuan itu menatap Anisa penasaran.

"Benarkah? Pantas saja aku tidak melihat kehadiran pria itu beberapa hari ini. Biasanya dia selalu datang kemari menanyakan keberadaanmu," terang Bianca. Kemudian mengambil posisi duduk di kursi seberang Anisa.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang