-Duk Duk Duk-
Donny terbangun dari tidurnya oleh bunyi ketukan yang menurutnya hampir menyamai sebuah mesin pemancang paku bumi untuk proyek fly over.
"Paan?"
"Eh sapi, bangun! Ada yang nyari elo tuh!" Suara Dewi terdengar lantang bagaikan mandor yang membentak para pekerjanya.
"Bilang gue udah pindah ke Kongo!" Donny menjawab dengan asal dan menutup matanya kembali.
"Lo gila, ye? Sekarang udah jam berapa, woy? Tidur apa koma lo?"
"Koma..."
"Terus lo jadi gak bawa mobil gue ke bengkel?" Dewi terus berusaha membangunkan Donny yang tampaknya sudah mulai kesal.
"Besok..." Jawab Donny setengah menggumam menahan kantuk.
Dewi mempersiapkan strategi berikutnya.
"..."
"Yah pergi deh tuh cewe." Sahut Dewi dari balik pintu.
"Hah? Siapa?" Donny mulai tertarik dengan pembicaraan Dewi.
"Gue gak tau namanya siapa? Orang gila, kayaknya. Masa bertamu cuma pake rok pelit bahan sama tank top?" Dewi melancarkan aksi keduanya dan mulai terdengar suara gaduh dari dalam.
-Gubrak-
"Don, ngapain lo?" Tanya Dewi lagi.
-Klek-
"Cantik gak?" Seonggok muka –yang jauh dari kesan bangun tidur– terpampang setelah terbukanya pintu dan diikuti dengan senyuman ke arah Dewi juga aroma yang tercium menandakan bahwa 'mandi nomor dua, minyak wangi paling penting'.
"Fuh... Wangi amat lo?" Dewi mengibas-ngibaskan tangannya di depan mukanya lantaran aroma parfum yang cukup dikenalnya begitu menyengat sedang bergerilya menusuk hidungnya. "Itu punya gue ya?" Dewi bertanya disusul dengan endusan yang lebih tajam ke arah badan Donny.
"Ehm... minta dikit. Eh, cantik gak?" Donny kembali bertanya sembari melongok ke arah teras.
"Udah gih sana! Lumayan cantik kok." Dewi kembali mempertegas.
"Awas lo kalo bohong." Ancam Donny.
"Eh sekalian dong bawa mobil gue ke bengkel!" Dewi memohon dan menyodorkan kunci mobilnya.
"Males ah. Besok aja ya?" Donny bergegas turun meninggalkan Dewi yang menggerutu.
Di depan pintu rumahnya Donny mengeluarkan botol kecil yang berisi pengharum mulut dan menyemprotkannya ke dalam mulutnya. Diikuti dengan menghembuskan aroma mulutnya kembali ke arah telapak tangannya.
Donny menarik nafas dan mulai bertanya-tanya.
Hari gini... Cewe... Rok mini... Tank Top...Kapan lagi, njir...
Donny membuka pintu rumahnya yang besar dengan tak lupa menyiapkan senyuman paling manis dan sapaan kecil.
"Hai..."
Muka yang sudah tak asing bagi Donny menunjukkan raut muka yang penuh tanda tanya.
"Hai? Perasaan, bertaun-taun gue kenal elo, paling najis manggil gue pake 'hai'? Elo sakit? Elo abis sakaw ye? Homo lo?" Donny di bombardir oleh pertanyaan yang bertubi-tubi dari kubu Iwan.
Perlahan senyum termanis yang telah dipersiapkan Donny sejak semula, berubah menjadi senyuman terburuk sepanjang sejarah. Bibir kanan atasnya tertarik semakin keatas menjauhi bibir bagian bawahnya karena didapati bahwa wanita yang dikhayalkannya bermetamorfosis menjadi titisan kera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
RandomKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...