Satu jam kemudian, mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Carlo.
"Eh don, adenya mirip sama si Carlo gak ya?"
"Gue rasa sih mirip miyabi. Ya mirip Carlo lah, njir."
"Ya kan bisa aja beda. Satu ibu laen rahim gitu." Jawabnya asal sambil menyulut sebatang rokok.
Mereka sampai di persimpangan lampu merah yang terdapat banyak anak kecil sedang mengemis. Donny melihat anak kecil –yang seharusnya sedang memperhatikan guru menerangkan pelajaran di kelas– sedang duduk di trotoar sambil melakukan sesuatu terhadap kakinya.
"De, kakinya kenapa?" Tanya Donny.
"Gak apa-apa, cuma sakit dikit kak. Nanti juga sembuh." Jawab anak itu polos sambil menyeringai memperlihatkan giginya yang ompong dan beranjak pergi.
"Eh, mau kemana?" Cegah Donny "Nih pake sepatu kakak." Donny mencopot sepatu yang sedang dipakainya.
"Gak mau ah. Udah biasa kayak gini." Tolaknya.
"Udah pake aja." Ujarnya setengah memaksa.
Anak kecil itu tersenyum kegirangan setelah menerima sepatu itu. Ia memakainya.
"Kegedean kak..." Ucapnya polos, namun terpancar ada rasa senang yang amat sangat dari mata anak kecil itu. Donny yang melihatnya tersenyum geli.
"Pake aja sementara. Nih buat beli sendal. Sepatunya dipake nanti aja, buat lebaran. Biar gak cepet rusak." Donny memberikan uang dua puluh ribuan yang ada di saku celananya.
Si anak kecil menerima itu semua dengan sangat senang.
"Makasih ya, kak..."
Si anak kecil berlari sambil tertawa girang. Donny sempat melihat anak kecil itu memberikan uang kepada ibunya yang juga sedang mengemis melalui kaca spion dan sesekali terlihat anak kecil itu memamerkan sepatu kepada teman-temannya.
Donny melajukan mobilnya kembali setelah lampu merah berganti hijau.
"Gila lo ya, don? Itu Vans yang lo beli minggu kemarin sama gue kan?"
"Iya. Gue gak suka modelnya."
"Ih bego. Gak suka ngapain lo beli? Daripada buat dia, mending lo kasih gue deh." Jawabnya sambil mengepulkan asap rokok.
"Ya mending gue buang, lah." Sembur Donny.
"Ih, sebel... sebel... sebel..." Kata Iwan dengan bergaya banci sambil memukul bahu Donny dengan kedua tangannya berulang-ulang.
"Dih najis banget lo. Bergaul sama si Ical melulu lo ya? Jadi ikut-ikutan bencong gitu, ne'..." Ujar Donny sambil ikutan bergaya banci.
Keduanya tergelak.
"Eh wan, beliin gue sendal dulu dong." Kata Donny
"Tuh kan, ini nih. Akhirnya gue juga yang repot. Lagu-laguan sih lo, pake ngasih-ngasih sepatu segala." Cibir Iwan. "Di mall deket rumah Carlo aja, sekalian jalan." Tambahnya.
"Ya udah, beli yang biasa aja ya. Gak usah yang mahal-mahal. Gue tau lo lagi gak bawa duit banyak."
"Maksud lo? Pake duit gue gitu?" Sembur Iwan.
Donny menoleh ke arah Iwan sambil nyengir lebar.
"Kaga dah... Mending lo nyeker sekalian dah daripada beli pake duit gue."
"Nanti gue ganti, takut amat sih."
"Sampe T-Rex hidup lagi juga lo gak bakalan ganti."
"Gak niat beli sih ya udah gak usah—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
CasualeKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...