"Don, sini deh." Iwan memanggil-manggil Donny.
"Paan sih?" Sahutnya sambil terus melihat arloji yang dipajang di display.
"Sini bentar..." Kata Iwan lagi sambil terus menghadap ke satu arah.
"Ah, lo aja yang kesini. Males."
Iwan menghampiri Donny "Don, minggu kemaren si Vian jalan sama cewe cantik bohay semok aduhai cihuy semlohey kan ya?"
"Hmm..." Jawabnya sambil terus memperhatikan detail arloji yang dipajang. "Mbak, boleh liat yang ini?" Tanyanya ke si mbak-mbak yang jagain arloji.
Si mbak mengambilkan arloji yang ditunjuk Donny.
"Kayaknya gue liat dia lagi deh, don."
"Lah biarin aja. Lagi iseng kali jalan-jalan ke mall." Jawabnya lagi.
"Eh kucrut, yang aneh bukan dianya. Yang aneh itu siapa orang yang disebelahnya."
"Emang siapa sih?" Donny penasaran juga. "Mana tuh orang?" Tanyanya sambil celingukan.
"Itu..." Tunjuk Iwan.
"Mana?" Tanya Donny lagi. Tapi matanya tidak melihat ke arah yang ditunjuk Iwan. Matanya melihat kearah cewe lain yang sedang senyum tipis kearah Donny.
"Ituu..." Jawabnya ngotot. "Ah, kutu ketek... gue nunjukin, lo malah ngeliat kemana tau." Kata Iwan setelah melihat Donny yang lagi senyum-senyum sama si cewe.
"Hehe... mana tadi?" Donny kembali melihat kearah yang semula ditunjuk Iwan.
"Itu." Tunjuk Iwan lagi. "Lo perhatiin yang disampingnya."
"Itu Vera apa bukan? Tuh orang kena penuaan dini gitu ya? Sehari aja bisa langsung jadi kayak tante-tante gitu."
"Lo siwer apa katarak sih? Masa lo gak tau yang disebelahnya siapa?" Tanya Iwan gemas.
"Vera...???"
"Yeh... kalo gue gak salah ya? Kayaknya itu nyokap lo, deh." Kata Iwan takut-takut.
Donny memukul jidat Iwan dengan arloji. "Setan, lo...!!! Nyokap gue udah meninggal, gak usah dibawa-bawa."
Iwan ngelus-ngelus jidat.
Si mbak panik liat arlojinya dipukul kejidat Iwan. Takut rusak.
"Mas, kalo mau pukul orang pake ini aja." Si mbak ngambil bangku plastik dengan suka rela.
"Eh, maap mbak. Saya jadi ambil jamnya kok." Sahut Donny sambil memberikan arlojinya ke si mbak.
Si mbak lega. Sambil senyum ramah.
"Mbak, jamnya yang baru ya. Jangan yang itu." Sahut Donny lagi.
Si mbak bete lagi. Sambil cemberut.
"Maksud gue, calon nyokap tiri lo." Kata Iwan. Masih sambil ngelus-ngelus jidat. "Pacarnya bokap lo!" Tambahnya menegaskan.
"Masa sih?" Donny memfokuskan matanya kearah orang yang sedang bersama Vian.
"Ini notanya, mas." Si mbak nyerahin nota arlojinya. "Bayarnya di kasir sebelah sana ya." Tunjuk si mbak.
Donny mengambil nota yang dikasih si mbak. "Wan, kayaknya bener deh. Ikutin yuk. Gue penasaran." Ajaknya.
"Yuk..." Iwan bersemangat menerima ajakannya.
Mereka terus mengamati gerak-gerik Vian dan si tante dari jauh.
"Jangan-jangan itu nyokapnya Vian?" Kata Iwan penuh selidik."Kalo iya, berarti lo sama Vian kakak-adek?" Tambahnya mengambil kesimpulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
AléatoireKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...