[18:45 WIB]
-Tut- - Tut-
Wei melangkah tidak beraturan sembari menggenggam ponsel di telinganya. Ia gusar ketika Ricky belum menjawab panggilannya. Ia sesekali menatap Vera yang masih tertegun menatap layar laptop di hadapannya.
"Ya, Wei." Sahut Ricky dari ujung panggilan.
Mendengar suara Ricky, Wei merasa sedikit lega, "Ricky, ini gawat. Akhirnya aku menyadari sesuatu." Kata Wei dengan cepat.
Mendapati Wei sudah berbicara dengan Ricky, Vera menoleh kearah Wei lalu bangkit dan setengah berlari mendekati Wei.
Wei kemudian mengubah mode suara panggilan menjadi loudspeaker agar Vera juga dapat mendengarnya.
"Apa?" Tanya Ricky. Suara Ricky sepintas terdengar terengah-engah.
"Ini penjebakan, Ricky! Aku tahu ini penjebakan. Kami memutar kembali rekaman hasil penyadapan yang dilakukan Alvian di kediaman Hua. Mereka sudah merencanakan sesuatu, Ricky." Kata Wei dengan gusar.
"Aku tahu." Jawab Ricky yang sudah terdengar santai.
Wei sempat tertegun mendengar jawaban tenang Ricky. "Lalu apa rencanamu? Kau dimana saat ini?" Tanya Wei.
"Di depan kamar."
-Tok- -Tok-
Wei dan Vera secara bersamaan menoleh kearah pintu yang diketuk. Lalu saling berpandangan. "Apa itu kau, Ricky?" Kata Wei sembari terus berbicara dari ponselnya.
"Tentu saja. Bukalah pintunya! Kita tidak punya banyak waktu." Ujar Ricky.
Tanpa mengindahkan protokol keamanan, Vera berlari kearah pintu lalu membuka kuncinya dengan cepat.
-Klek-
Ricky kemudian merangsek masuk ketika pintu terbuka.
-Tut-
Melihat Ricky yang merangsek masuk sembari menenteng sebuah tas olahraga besar, Wei memutuskan sambungan ponselnya. "Syukurlah kau sudah datang. Ada yang harus aku sampaikan padamu, Ricky."
"Katakan dengan cepat, Wei. Kita hampir kehabisan waktu." Kata Ricky sembari membuka tas tersebut.
"S-Semua orang dalam bahaya, khususnya Jonson, Donny dan—" Wei menahan ucapannya sejenak sembari melihat Vera, "Agent V." Tambahnya.
Ricky yang sudah membuka tas tersebut lalu mengeluarkan isinya ke atas meja makan. Diantaranya dua buah rompi anti-peluru, dua buah senjata api jenis pistol kaliber 9 mm serta beberapa buah magasin. Ia kemudian mengenakan salah satu rompi peluru tersebut.
Tanpa mengeluarkan kata-kata, Ricky lalu memasukkan magasin ke dalam masing-masing pistol lalu mengokangnya dan meletakannya kembali ke atas meja. Ia lalu berjalan ke arah Wei sembari membawa rompi anti-peluru. "Seperti yang sudah aku katakan, aku tahu. Bersiaplah, Wei!" Kata Ricky sembari menyodorkan rompi anti-peluru kepada Wei. Ia kemudian kembali kearah meja makan dan meraih sepucuk pistol ketika Wei sedang mengenakan rompi anti-pelurunya.
"Dari mana kau tahu itu, Ricky?" Kata Wei sembari mendekati Ricky yang sedang menyematkan pistol di pinggang dan dua buah magasin.
"Aku mendengar percakapan mereka melalui ponsel Alvian yang kusadap." Kata Ricky sembari bergantian menatap Wei dan Vera.
"Kita harus memberi tahu Johanes dan Sullivan, Ricky." Kata Wei cemas. "Lalu bagaimana dengan yang lain di kesatuanmu?" Tanya Wei lagi.
"Kita tidak akan dapat menghubungi mereka karena mereka sudah mengacak sinyal di sekitar perimeter dan tidak ada waktu untuk mendatangi mereka. Jarak mereka terlalu jauh." Ujar Ricky. "Semua orang yang dapat kuandalkan sudah bergerak ke gudang dan tidak ada satupun yang kuandalkan untuk ikut bersamaku." Tambahnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
AléatoireKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...