-- 17. V --

5 2 0
                                    

"Hmm... wanginya kecium lho sampe kamar. Kamu masak, sayang?" Tanya Vera ketika berjalan ke meja makan sambil menenteng tas kecil berisi cake dan pastry yang dibawa Alvian tadi. Alvian terlihat sudah duduk di meja makan.

"Iya dong. Kamu kan pasti cape banget. Kan kita udah, berapa kali tadi, sayang?" Goda Alvian.

"Apaan sih. Mulai deh kamu." Jawab Vera sambil cemberut. "Lagian kamu ngapain masak sih? Ini aja yang kamu bawa belum kemakan, sayang." Tambahnya.

Alvian bangkit dari kursi ketika Vera mendekati meja makan. Ia menghampiri Vera seraya memeluk pinggangnya. Vera melingkarkan tangannya di bahu Alvian. "Cuma memanfaatkan yang ada di pantry aja." Sahut Alvian dan mengecup bibir Vera setelahnya. "Makan yuk?" Tawarnya lagi.

Vera menoleh ke meja makan yang mana dua piring pasta yang masih hangat sudah tersaji disana. "Wow, aku masih amaze lho kalau kamu bisa masak. Kurang apa coba calon suami aku ini? Such a lucky woman I am now." (Aku wanita yang sangat beruntung sekarang). Vera mengecup bibir Alvian.

"Aku yang beruntung, sayang." Timpal Alvian.

Mereka mengendurkan rangkulannya. Vera menaruh tas kecil yang dibawanya di atas meja. Ia lalu membungkuk untuk mencium aroma Fettucine Alfredo yang tersaji diatas meja makan. "Wanginya enak banget. Bisa kalap aku nanti makannya nih." Ia kemudian menarik salah satu kursi dan duduk diatasnya.

Alvian juga melakukan hal yang sama dengan Vera. "Tadi aku mau ambil wine kamu. Tapi gak bagus buat Vian Junior. Kasihan nanti anak aku mabok." Mereka tergelak sambil mulai menyantap hidangan di atas meja. "Jadi ya sekarang orange juice aja."

"Emm... sumpah, ini enak lho babe. Sauce nya kamu bikin sendiri ya?" Tanya Vera.

Alvian mengangguk sembari mengunyah makanannya.

"Aku sih kalau makan pasta, sauce nya beli yang udah jadi. Tinggal panasin sebentar, terus tuang ke pasta." Ujar Vera.

Mereka berdua menyantap makanannya sembari sesekali diselingi dengan gurauan dan canda tawa. Mereka bertukar cerita tentang bagaimana mereka menjalani kesehariannya.

"Aaahhh... kenyang banget akunya. Aku gak biasa makan malem sebanyak itu lho, babe." Kata Vera sambil mengusap perutnya yang terasa penuh setelah menenggak habis jus jeruknya. "Baby nya pasti seneng punya Daddy yang jago masak." Kata Vera sembari merapikan piring kotor dan menyusunnya bertumpuk.

Alvian mengambil piring kotor yang dirapikan Vera "Sini aku aja yang cuci. Kamu gak boleh kecapean. Tapi jangan langsung tidur! Duduk dulu sana, sambil nonton TV biar gak sakit perutnya."

"Uuuhh... pengertian banget kamu. Nanti kalau udah nikah bakalan berubah gak nih perlakuan kamu ke aku?" Sindir Vera. "Kan biasanya cowo gitu, romantis kalau belum nikah. Kalau udah nikah mah beda."

Alvian mendengus. "Emang kamu udah pernah nikah?" Tanya Alvian sembari berjalan menuju dapur.

"Ya belum. Tapi kan katanya begitu. Bisa manis banget pas pacaran, berubah pas udah nikah." Sahut Vera sembari bangkit menuju ke sofa di ruang tengah.

"Kebanyakan nonton sinetron kamu tuh. Aku mah gak kaya gitu. Pacaran atau setelah nikah, aku ya akan kayak gini ke kamu." Ujar Alvian sembari mencuci piring kotor satu persatu.

"Beneran?" Ledek Vera sambil menjatuhkan tubuhnya diatas sofa besar yang empuk. Ia memencet tombol remote control televisi mencari tayangan favoritnya.

"Iyalah! Aku mah gak kayak cowo lain. I'm different." Protes Alvian sembari mengeringkan tangannya dengan tissue. Alvian mendekati Vera yang sudah dengan nyaman membenamkan tubuhnya di sofa.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang