-Drrrrt- - Drrrrt-
Alvian membuka matanya ketika terdengar bunyi ponsel yang bergetar di meja samping tempat dia tidur. Dia mendapati Vera masih tertidur lelap di hadapannya dengan posisi memunggungi Alvian. Selimut yang terbalut di tubuhnya hanya menutupi bagian dadanya namun bagian punggung sampai dengan sedikit bokong atasnya yang terlihat putih bersih sedikit tersingkap, tidak tertutup selimut.
Pagi itu Alvian menginap di apartemen Vera yang berada di bilangan Jakarta Pusat. Apartemen yang tergolong mahal untuk biaya sewanya karena berada tepat di pusat bisnis Jakarta dan juga dekat dengan pusat pemerintahan.
Alvian mengecup lembut bahu Vera yang tersingkap sebelum meraih ponselnya di atas meja. Ia melihat layar LCD ponselnya yang berkedip tanda panggilan masuk namun tidak ada nomor yang tertera di layarnya.
"Halo" Jawab Alvian cepat sambil melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 7:15 pagi.
"Jam 5 sore kamu berangkat ke Bali. Tiket dan akomodasi sudah disiapkan dan akan diberikan di bandara tidak lama setelah kamu tiba." Ujar seseorang di ujung telepon.
Alvian tahu siapa yang menghubunginya. "Oke" Sahutnya mengiyakan.
-Tut- -Tut-
Panggilan terputus. Alvian menaruh kembali ponselnya keatas meja dan kemudian berbalik kearah Vera seraya mendekapnya dari belakang. Tangannya memeluk pinggang Vera, menyusuri tiap jengkal kulit mulusnya yang bersih tanpa cela dari arah pinggang sampai ke perutnya. Vera terjaga ketika Alvian memeluknya dari belakang dan menarik nafas panjang.
Alvian sepintas dapat melihat bahwa rambut halus di tengkuk Vera terlihat menegak karena sentuhannya. Ia lalu mengecupnya mesra.
"Siapa yang telfon? Client?" Tanya Vera sambil terpejam.
"No. It's my boss." Sahut Alvian.
Walaupun tidak mempercayainya sepenuh hati tapi Vera sedikit lega mendengar jawaban Alvian. Vera mendekap tangan Alvian yang jemarinya sedang mengusap lembut perut Vera. "Kenapa?" Tanya Vera lagi.
"Nanti sore aku disuruh ke Bali. Ada kerjaan." Jawab Alvian sambil tetap menciumi tengkuk Vera.
"Kok mendadak?" Tanya Vera menyelidik.
"Bos aku emang selalu begitu. Kamu masih kangen aku ya?"
"Emm..."
Alvian menggerakan jemarinya yang semula menjelajah area perut Vera menjadi kearah buah dadanya sambil tetap menciumi area leher dan telinganya. "Kan masih ada waktu beberapa jam lagi, sayang." Bisik Alvian.
"Sssshh" Vera mendesis pelan ketika jemari Alvian memainkan puncak buah dadanya yang sudah sedikit mengeras dan mencuat. Dengan gerakan yang nampak sudah terlatih, Alvian meraba area areola, meremas buah dadanya dan memuntir pelan puncaknya secara bergantian kiri dan kanan.
Vera yang semula memunggungi Alvian seketika itu berbalik sehingga keduanya saling berhadapan dan kemudian mereka saling melekatkan bibirnya satu sama lain. Bibir mereka saling berpagutan dan telapak tangan Alvian menggapai bokong Vera yang masih terasa kencang dan kenyal. Alvian menarik paha Vera ke pinggang Alvian sehingga paha Alvian dapat merasakan bulu halus yang tertata rapi di perut bagian bawah Vera. Alvian menggesekkan pahanya ke area sensitif itu yang membuat Vera sedikit mendesah dan nafasnya menderu.
"Sssshh...Akh..." Vera mendesah ketika jemari Alvian meluncur liar ke area sensitif Vera dari arah bokong. Alvian merasakan area itu sedikit hangat. Alvian menahan untuk tidak memasukkan jemarinya ke dalam area sensitif itu namun memainkan area sekitarnya dengan mengusapnya secara perlahan yang membuat jantung Vera berdegup kencang dan ritme nafasnya menjadi tidak karuan. Terlebih ketika Alvian sudah menciumi dan mengulum puncak buah dadanya yang berwarna merah muda dengan sedikit liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
RandomKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...