-- 9. Terima kasih udah ngijinin aku masuk di hati kamu --

12 3 0
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Semenjak momen Villa Lembang, Iwan dan Sophia semakin dekat satu sama lain. Mereka tidak berpacaran. Hanya dekat. Sangat dekat. Sering terlihat berada di mal, di bioskop malah kadang-kadang di balik pohon gede di pinggir jalan. Kalo itu sih cuma Iwan-nya aja yang numpang kencing sambil bilang 'Numpang-numpang. Anak mak erot mau kencing. Mohon maaf kalo kepanjangan.'. Sophia-nya gak ikutan. Nunggu di mobil. Jijik.

Lagu Kucing Garong yang dipopulerkan Trio Macan terdengar di ponsel Donny. Donny dengan cepat mengambil ponsel di saku celananya. Nama 'Iwan Garong' berkedip di LCD ponselnya.

"Ish ringtone kamu norak." Protes Carla.

"Aku juga gak tau. Si kampret nih yang masukin sendiri." Sanggah Donny. Ia menaruh piring batagor yang dipegangnya, kemudian menjawab telepon Iwan. "Halo..."

"Don, hari ini gue lagi seneng. Tunggu gue ya..." Kata Iwan di ujung telepon.

"Dih, kenapa lo? Lo dimana?"

"Di parkiran kampus lo. Lagi nyari parkir. Buset dah penuh amat parkirannya. Pindah kampus aja sih. Nah tuh kosong. Tunggu gue, nyet..."

-tut- -tut-

Iwan memutuskan pembicaraan tanpa memberikan Donny kesempatan berbicara.

"Ih, dasar sarap." Umpat Donny. Ia meneruskan aktivitas makan batagornya.

"Kenapa babe?" Tanya Carla.

"Tau deh si garong kayaknya bahagia amat. Dia udah di parkiran, mau kesini."

Tak lama kemudian Iwan muncul dengan senyum sumringah. Kayak abis menang kuis Deal Or No Deal dapetin cewe yang megangin koper. Bukan duit dua milyarnya.

"Halo bidadari-bidadariku..." Sapa Iwan pada Sophia dan Carla.

"Ih, ngarep..." Kata Carla.

Sophia cuma senyum-senyum aja. Manis banget. Iwan bales senyumnya. Tapi sambil monyong-monyong juga. Mupeng. Sophia masih senyum nanggepin senyum mupeng Iwan.

"Bang, batagor tiga." Kata Iwan kepada Donny yang duduk di samping pacarnya.

"Sialan lo!" umpat Donny.

"Eh Donny, kirain tukang batagor. Hehe... mirip..."

"Kenapa lo? Girang amat hari ini? Dikasih sarapan cicak crispy sama nenek lo?"

"Gak apa-apa. Kalo deket cintaku, bawaannya ceria terus." Iwan senyum-senyum nakal ke Sophia.

"Siapa? Tukang batagor?" Tunjuk Donny pada tukang batagor yang lagi meneliti upilnya sendiri. Dimaen-maenin aja gitu di jarinya. Trus disentil-sentil ke segala penjuru. Arahnya sih lebih dominan ke penggorengan. Donny jadi ilfil ngeliatnya. Ia langsung menaruh piring batagornya. (Emang udah abis sih.) Untung udah abis. Batin Donny.

"Sophia laaah" Iwan nunjuk-nunjuk Sophia dengan mulut monyongnya. "Eh don, sebentar deh. Gue mau ngomong sama lo."

"Ngomong apaan?"

"Bentaaaaarrr aja..." Mohon Iwan.

"Ya udah ngomong aja. Tinggal mangap. Kenapa emangnya, mulut lo bau ketek kuda?" Donny merangkul manja pinggang Carla.

"Sini bentar..." Akhirnya Iwan menuntun Donny ke tempat yang jarang dilalui banyak orang. Kuburan samping parkiran kampus

"Apaan sih? Kayak om-om mau nyodomi bocah aja, pake ditarik-tarik segala. Di kuburan pula." Protes Donny.

"Gini Don... gue mau ngomong serius nih—"

"Kaga pake! Gue tau maksud lo." Sambar Donny. "Bang, teh botol dua." Teriaknya pada tukang teh botol.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang