-- G, 2001, Bali --

7 3 0
                                    

-Kring-

Ponsel Iwan yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya berdering. Iwan yang sedari tadi duduk di balkon sore itu bergegas kembali ke kamarnya untuk mengambil ponsel dan kemudian melihat nama Donny di layar ponselnya.

-tut-

"Oiy brother, gimana kabar lo?" Jawab Iwan antusias.

"I'm good..." Jawab Donny lirih.

Mendengar jawaban Donny yang begitu singkat, Iwan seolah tahu Donny sedang ada masalah. Iwan berjalan kembali ke arah balkon mencari rokok putihnya. "Kenapa, sob?" Tanyanya lagi setelah duduk di kursi balkon.

"Lo bisa ke Bali gak? Besok atau lusa gitu? I need you, sob."

Mendengar permintaan tersebut dari Donny, tanpa pikir panjang Iwan langsung bergegas kembali ke dalam kamar, mengambil beberapa barang yang diperlukan. "Oke gue cari tiket sekarang. Kalau gak dapet hari ini, gue kesana bawa mobil hari ini. Palingan gue ajak si Gentong."

"No!" Cegah Donny. "Sebisa mungkin lo berangkat sendiri. Carlo gak boleh tahu."

Mendengar permintaan Donny yang tidak biasa, Iwan semakin khawatir. "Lo kenapa, Don?"

"Gue ceritain semua disini. Gue malem ini tidur dirumah lo yang di Canggu dulu ya."

"Iya, pake aja. Nanti gue telpon penjaganya suruh beres-beres dulu."

"Oke, kabarin gue kalo udah dapet tiket." Tegasnya.

"Ada yang perlu gue bawa dari sini gak, Don?"

"Just take care of yourself, wan. Thanks, brother."

-tut- - tut-

Donny mengakhiri pembicaraan.

Iwan duduk terdiam di pinggir tempat tidur setelah menerima telpon dari Donny. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres ketika nada pembicaraan Donny terdengar seperti itu. Sejurus kemudian ia terlihat mengambil dompet, sebagian barang berharga miliknya, beberapa set pakaian dan memasukan ke dalam backpack miliknya. Setelah memastikan semua sudah mencukupi, Iwan kembali berjalan ke arah balkon dan mencari beberapa nama di Phone Book ponselnya.

-tut- -tut-

"Halo, mas Iwan." Tanya orang di sambungan telepon. Salah satu staff perusahaan neneknya yang biasa mengurusi perjalanan dinas neneknya.

"Bro, gue butuh tiket ke Bali hari ini." Kata Iwan setelah mendudukkan badannya di kursi balkon.

"Wah susah kalau buat hari ini, mas. Besok gimana?"

"Tolong cariin buat hari ini, bro. Urgent."

"Business Class mungkin masih ada. Mau?"

"Business Class, First Class, Private Jet, anything bro."

"Oke, oke... wait. Saya cariin dulu. 10 minutes."

"Oke bro, thanks." Jawab Iwan sambil menutup telepon kemudian.

Iwan kembali mencabut sebatang rokok putihnya dan mulai menyulutnya dengan diliputi perasaan gundah yang tak kunjung hilang. Setelah menghisap dalam asap rokoknya, Ia kembali termenung. Donny, gak pernah begini kecuali mendesak. Gue harap dia baik-baik aja. Please wait, brother. I'll be there, soon.

-Kring-

'Lutung Sakit'

Ponsel Donny berdering di meja balkon pada malam itu dan terlihat nama Iwan di ponselnya. Malam itu sedikit mendung sehingga tidak nampak bintang satu pun di langit malam itu karena tertutup oleh beberapa gumpalan awan.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang