-- 18. Pertemuan --

3 3 0
                                    

"Babe, setelah pekerjaan ini selesai kamu bakalan tetap begini?" Tanya Vera yang sudah mengenakan piyamanya sembari menyandarkan kepala di paha Alvian.

"Begini gimana?" Tanya Alvian sembari membelai rambut Vera.

"Yaa, ketika pekerjaan ini selesai kan kamu mungkin gak ada tugas khusus lagi. Apa rencana kamu selanjutnya?"

"Johanes sih bilang kalau selalu ada tempat buat aku di instansi, dia bilang kedepannya pasti cyber crime akan semakin banyak. Itu pun kalau aku mengiyakan." Jawab Alvian

"Terus kamu mau?"

"Kemungkinan sih begitu. Tapi sebenernya aku juga ada rencana mau buat perusahaan I.T. Kenapa, kamu takut ya aku nanti tetap jadi cowo panggilan?" Ujar Alvian sambil terkekeh.

"Awas aja kamu kalau masih ngejalanin itu. Aku potong ini kamu!" Sahut Vera sembari menyentil selangkangan Alvian dari balik celana jeans yang sudah dikenakannya.

Alvian tergelak melihat reaksi Vera yang cemberut seketika.

Drrttt Drrttt

Ponsel Alvian yang terletak diatas meja terlihat bergetar. Alvian meraih ponselnya dan melihat nama penelpon yang terlihat berkedip di LCD ponselnya.

'Bos Hua'

Alvian menunjukannya kepada Vera.

"Siapa?" Tanya Vera.

"Bos aku. Kaki tangan Lin Zhifang."

-Tut-

"Ya bos." Alvian menekan tombol loudspeaker ketika menjawab panggilan itu.

"You dimana?" Sahut seseorang dari ujung telepon.

"Kerja, bos."

"Kerja yang mana?" Tanyanya lagi.

"Yang biasa." Jawab Alvian singkat.

"Mana I tau kerja you apa aja."

Vera berinisiatif dengan cepat. "Aaahh... aakkhh... sssshhhh... faster baby." Ia menirukan suara desahan lirih.

Alvian tersenyum sembari mengacungkan jempol.

"Oh, oke. Lanjutin kerjaan you. I tunggu you satu jam lagi di markas." Jawab Hua.

"Ada apa, bos?" Tanya Alvian.

"Nanti I jelasin disini."

"Oke." Alvian mengafirmasi.

-Tut- -Tut-

Hua mengakhiri panggilan.

"Ada apa, babe?" Tanya Vera.

"Gak tau." Jawab Alvian sembari menggeleng. "Biasanya kalau udah begini ada hal penting."

Vera bangkit dari posisinya semula. "Duh, aku jadi khawatir kalau udah begini." Ujarnya.

"Don't worry, babe. I'll be fine." (Jangan khawatir, sayang. Aku akan baik-baik aja). Ujar Alvian menenangkan Vera yang terlihat cemas. Ia meraih kausnya yang terserak di lantai dan mengenakannya. Ia kemudian mengecup bibir Vera lalu bangkit setelahnya.

"Take care, hubby." Sahut Vera sembari mendekap bantal sofa.

Alvian menoleh kearah Vera sembari menyunggingkan senyuman. "Pasti, sayang. Kamu jangan terlalu cemas ya. Kasian nanti baby nya ikutan stres." Alvian lalu mencium kening Vera dan berlalu dari hadapannya.

Mobil yang dikendarai Alvian sudah berada di depan gerbang rumah besar di salah satu perumahan elit di bilangan Jakarta Utara. Seorang pria bertubuh tegap berjalan mendekati mobil Alvian.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang