Donny berjalan menuju dapur setelah pulang dari sekolah. Di dapur dia melihat kakaknya yang sedang memasak. "Halo cantik... kapan dateng mbak?" Donny mencium pipi kiri dan kanan kakaknya.
"Udah dari pagi."
"Sama mas Anton?"
"Sendiri. Dia lagi ada meeting jadi gak bisa kesini. Dari mana lo sore-sore gini baru balik?"
"Abis rapat OSIS. Masak apa nih buat adiknya yang tercinta? Baunya enak bener. Tumben dateng-dateng masak?"
"Tercinta? Ter-idiot iya... bukan buat lo..."
"Ih... kakakku galak. Lagi PMS, mbak?" Tanya Donny sambil mengambil gelas dan menuangkan sirup jeruk ke dalamnya.
"Ah ndak kok, den. Mbak udah sebulan ndak dapet." Kata mbak 'kar yang baru datang ke dapur.
"Dih, siapa yang nanya mbak 'kar? Aku kan nanya mbak Dewi." Kata Donny sambil tertawa. Donny menuangkan air putih dingin ke gelas yang sudah berisi sirup.
"Oh, mbak kira nanya mbak. Isin aku." Kata mbak 'kar sambil tersipu malu.
"Eh, ntar dulu..." Sela Dewi. "Mbak udah sebulan gak dapet? Jangan-jangan mbak hamil ya?" Selidiknya lagi.
"Ah, ndak kok. Wong aku pacar aja ndak ada. Kok ya bisa hamil? Piye tho?" Sanggah mbak 'kar.
"Ya bisa aja. Kali aja mbak digagahi sama jin." Jawab Donny cepat.
"Amit-amit jabang bayi. Jangan ngawur tho, den Donny. Nanti didenger jin kan gawat. Amit-amit jabang bayi." Omel mbak 'kar sambil mengusap-usap perut dan mengetuk-ngetuk tembok kemudian gantian mengetuk-ngetuk kepalanya –ke tembok.
"Iya lo, Don. Sembarangan aja. Lo kan yang ngehamilin mbak 'kar? Ayo ngaku! Biar gue kawinin sama mbak 'kar sekalian." Kata Dewi sambil bercanda.
"PUUUFFF..." Donny yang sedang minum sirup, tersedak dan menyemburkan sebagian air yang ada di mulutnya sebagian keluar dari hidung.
Dewi tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan adiknya. Mbak 'kar makin tersipu-sipu.
"Sialan lo. Orang lagi keselek, lo ketawain." Donny menyeka air yang keluar dari mulutnya. "Eh mbak, ngomong-ngomong ada acara apaan kok tiba-tiba mbak ikutan masak? Tumben."
"Lho, emang lo gak tau? Kan keluarganya tante Bianca mau dateng nanti malem."
"Bianca yang dulu itu?" Tanya Donny
"Ya iyalah. Yang mana lagi?"
"Papa masih sama si perempuan gatel itu?"
"Heh, jaga omongan lo. Ntar papa denger, marah lho. Gue juga yang diomelin." Hardik Dewi.
"Alah... kasih obat pencahar aja biar moncor-moncor." Donny menjauh dari dapur menuju ke kamarnya dengan muka cemberut.
Dewi hanya bisa menggeleng pelan dengan sikap adiknya. "Jangan kemana-mana ntar malem!"
"Liat nanti..." Sahut Donny sambil menapaki anak tangga satu-persatu menuju ke kamarnya.
"..."
Donny melempar tasnya ke tempat tidur dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Membuka phone book ponselnya.
'Hunny'
'calling'
"Halo cinta..."
"Halo cinta, kamu dimana?"
"Aku lagi nganter mama belanja. Kenapa?"
"Gak apa-apa. Kangen aja sama kamu. Nanti pulang jam berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
RandomKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...