-- 20. Will You Marry Me? --

3 2 0
                                    

"Ala gak tau harus gimana lagi, bang." Kata Carla kepada kakaknya di halaman belakang rumahnya. "Ala kaget aja dia bisa kayak gitu. Jadi pemakai aja Ala gak bisa terima, apalagi pengedar." Kata Carla sambil membelai lembut tubuh Fluffy yang berbaring di sampingnya.

"Ya Ala juga gak boleh ngejudge orang gitu aja. Siapa tau dia cuma terjerumus aja. Apalagi sampai langsung tampar gitu aja tanpa dengar dulu penjelasan Donny. Yang dia butuhin itu berhenti untuk bisa sembuh dan untuk sembuh harus ada dukungan dari orang-orang terdekatnya."

"Iya, Ala ngerti. Tapi kenapa selama ini dia nyembunyiin dari Ala? Biar gimana Ala ini pacarnya. Masa Ala gak boleh tau kegiatan dia apa aja?" Kata Carla sambil cemberut.

"Mungkin dia emang gak mau bikin Ala celaka—"

"Celaka gimana?" Sela Carla.

"Ya celaka. Bisa jadi kerjaan dia itu penuh resiko. Misalnya pahit-pahitnya dia sampe ketangkep, pasti dia gak mau Ala jadi terlibat masalah dia. Jadi saksi lah atau apalah. La, abang tau Donny itu kayak apa."

"Kok abang jadi belain dia? Pengedar narkoba itu bukan main-main lho, bang. Itu kerjaan haram. Hukumannya itu maksimal hukuman mati, bang. Atau jangan-jangan abang emang udah tau ya?" Selidiknya.

Carlo menyanggahnya dengan cepat "Enggak! Abang aja baru tau dari Ala." Protes Carlo. "Ala tau gak? Donny itu gak pernah lho suka sama cewe sampai kayak begini. Jadi Ala harusnya bangga ada yang mau mati-matian memperjuangkan Ala."

"Ah, abang cuma mau hibur Ala aja." Carla cemberut sambil memainkan ekor Fluffy.

"Ya terserah Ala aja. Abang kan cuma ngomong. Didenger bagus, gak didenger ya udah. Udah ah, abang mau mandi. Nanti malem ada kencan. Hehe..." Carlo beranjak pergi.

"Ish abang mah, orang lagi diajak ngomong serius juga." Protes Carla yang dibalas dengan seringai oleh Carlo.

Fluffy meletakan kepalanya dipangkuan Carla. Seakan ia ikut merasakan gundah yang dirasakan Carla. "Fluffy, menurut kamu, aku harus gimana?" Fluffy seketika berlari mengambil bola kecil sebesar kepalan tangan yang ada di rumput. Bola mainan Fluffy. Ia memberikannya kepada Carla, membuatnya mengingat sesuatu. Bola kecil itu adalah bola yang sering dimainkan oleh Donny dan Fluffy. Fluffy kembali merebahkan kepalanya di pangkuan Carla. "Kamu kangen ya?"

"..."

Carla menghela nafas. "Aku juga..." Katanya lagi sambil memandangi bola itu.

'Donny'

'calling'

-tut- -tut-

"Halo, tong." Sapa Donny dari ujung panggilan telepon dengan nada kantuk.

"Bro, lo harus cerita banyak ke gue!" Tanya Carlo dari dalam kamarnya.

"Tentang apa?" Tanya Donny.

"Semuanya! Carla barusan cerita ke gue, narkoba, pengedar—"

"Tunggu, tunggu, tong. Lo percaya gue kan?" Ucap Donny menyela ucapan Carlo.

"Bro, karena gue kenal lo dari dulu makanya gue telpon lo. Gue tau lo gak bakalan ngelakuin hal tolol kaya begitu dan gue butuh klarifikasi dari lo. Ala juga butuh untuk dengar penjelasan lo."

"Oke...oke...nanti gue ceritain. Tapi besok bisa gak? Ngantuk gue, tong." Donny memohon dengan nada masih mengantuk.

"No! Sekarang juga lo harus cerita ke gue. Gue mau lo jelasin ke gue sejelas-jelasnya."

"Anjir. PR banget. Sumpah gue masih ngantuk, tong. Ada kerjaan mendesak yang harus gue lakuin semalem."

"Bro, Ala adik gue. Lo tau kan gue sayang banget sama Ala? Gue gak pernah ngelarang lo pacaran sama adik gue. Tapi kalau sampe terjadi sesuatu sama adik gue karena kerjaan tolol lo itu, gue gak akan maafin lo seumur hidup gue. Jadi terserah lo mau lo jelasin sekarang by phone atau lo kesini jelasin ke gue dan Ala." Ujar Carlo tegas.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang