-kring-
Ponsel Alvian berbunyi ketika ia sedang berada di tempat kebugaran di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia melihat nama yang berkedip di ponselnya. 'Carla' Ia menaruh dumbbell yang sedang berada di genggamannya ke rak penyimpanan.
"Halo..." Jawabnya.
"Yan, lo dimana?"
"Gue lagi di Gym. Kenapa, la?"
"Sama Donny?"
"Gak tuh. Kayaknya dia di kosan deh. Lo coba hubungin hapenya aja." Saran Alvian.
"Udah, tapi gak diangkat. Duh... gimana ya? Gue takut dia kenapa-kenapa deh." Dari nada bicaranya, Carla nampak cemas. "Akhir-akhir ini, gue susah buat hubungin dia. Jadi gue gak tahu kabarnya."
"Ya mungkin karena dia bener-bener lagi down abis kehilangan sahabatnya kali, la. Lo sabar aja. Dia juga gak macem-macem kok. Tapi emang kerjaannya dikamar terus. Jarang keluar. Kenapa lo gak ke kosannya aja?"
"Udah pernah, tapi dianya suka marah-marah kalo gue ke kosan gak bilang-bilang. Gue kan jadinya mikir macem-macem."
"Gak usah pikiran buruk dulu, la. Kalau misalnya lo khawatir Donny selingkuh, sejauh ini sih gue liat dia gak pernah ada yang namanya cewe lain. Dia itu cuma sedih berkepanjangan aja. Diomongin pelan-pelan bisa lah kalau dia udah tenang."
"Gue juga gak kepikiran sampe situ sih. Lo kan temen deketnya dia, bisa tolong lihat kondisinya gak, yan? Please..." Mohon Carla.
"Ya udah. Nanti pulang dari sini, gue kekosan."
"Thanks ya udah mau bantuin gue. Gue tunggu kabar dari lo ya. Bye..."
"Bye..."
-tut- -tut-
Alvian mengambil kembali dumbbell dari rak penyimpanan dan meneruskan kegiatannya yang sempat terhenti tadi.
⭐
-Tok- -Tok-
Donny terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat berat. Ia hampir tidak bisa mengangkat kepalanya. Namun ketukan itu masih terus berlangsung beberapa kali.
"Siapa?" Tanya Donny dengan suara serak dan malas.
"Ini gue, Vera..."
Donny memaksa membuka matanya. Vera? Ngapain? Tumben dia kesini?
"Sebentar, Ver." Donny bangkit dari tidurnya dan duduk di sisi ranjang. Kedua tangannya mengusap wajahnya. Donny mengalami distorsi ruang. Dinding kamar dihadapannya tampak berputar-putar. Kemudian ia berjalan tertatih menuju pintu. Ia membukanya.
-klek-
Ia mendapati sesosok wanita cantik dengan sedikit freckles di wajahnya perpaduan antara ras kaukasia dengan asia dalam balutan pantsuit berwarna kelabu. "Pulang kerja, Ver?"
Vera mengangguk.
"Ada apa? Kok gak ngabarin kalau mau kesini? Mau ketemu Vian?" tanya Donny sembari menggaruk ketiaknya. Kemudian dicium dengan gerakan tipuan, mengusap muka. Gak bau-bau amat. Aman... Pikirnya.
"Ada yang mau gue omongin." Kata Vera serius.
"Tentang apa?"
"Vian..."
"Emm, oke. Dimana? Di ruang tamu bawah apa disini?"
"Disini aja boleh?"
"Emm, boleh aja sih." Sahut Donny "Tapi kayaknya lagi berantakan banget." Donny menunjukkan situasi kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
RandomKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...