Taksi yang yang ditumpangi oleh Alvian tiba di terminal keberangkatan Bandar Udara Jakarta pada pukul 3:10 sore. Ia hampir ketiduran karena terlalu lelah bercinta dengan Vera pada hari itu. Alhasil waktu makan siangnya pun terlewatkan.
Oke. Masih sempat makan siang dulu. Batin Alvian sambil melirik arlojinya. Ia celingukan mencari restoran cepat saji yang dapat ia sambangi untuk mengisi energinya dengan cepat. Ketika melihat sebuah restoran ayam goreng crispy cepat saji yang cukup mashyur di Indonesia, ia menghampirinya dengan langkah cepat.
"Selamat siang, kak. Saya dengan Andien, ada yang bisa kami bantu dengan pesanan FCK-nya?" Sapa pramusaji restoran FCK ramah. Terlebih pria yang berdiri di hadapannya adalah sosok pria yang cukup tampan dengan penampilan maskulin dan metroseksual yang membuat liang kewanitaannya berdenyut jika membayangkan Alvian berdiri di hadapannya hanya mengenakan celana dalam ketat.
"Mbak, aku mau paket satu yang satu ayam dan satu nasi ya." Sahut Alvian tidak mengindahkan Andien sang pramusaji yang senyum centil.
"Minumnya mau tetap Cola atau diganti nomor aku, eh Lemon Tea?" Tanya Andien lagi.
"Air mineral aja." Jawab Alvian acuh sambil sesekali matanya menelusur ke sekeliling ruangan dan kearah luar restoran. Alvian bukan tidak mengetahui kegenitan yang ditampilkan Andien, namun ia sedang malas beramah-tamah hari itu. Karena tidak biasanya atasannya memanggil ke Bali secara mendadak seperti hari ini. Ia melirik lagi arloji yang dikenakannya sambil sesekali melirik ke seluruh ruangan. Memperhatikan orang-orang yang sedang menyantap makanannya.
Kira-kira siapa yang bakalan kasih tiket diantara orang-orang ini. Semua orang disini tampak normal. Restoran cepat saji itu cukup ramai di hari itu. Hampir semua bangku sudah terisi kecuali dua buah bangku yang terletak di sudut dekat wastafel. Itu pun karena mejanya dipasang papan bertuliskan 'Rusak' yang sepertinya ditaruh oleh staff FCK disana.
"Baik kak. Ada lagi?"
"Udah itu aja. Terima kasih." Ujar Alvian sambil menyunggingkan senyum palsunya.
"Baik. Totalnya jadi lima puluh enam ribu rupiah. Mau sekalian CDnya kak? Kebetulan sebentar lagi aku off, eh khusus untuk hari ini beli CD band Peter-Parker bisa gratis dada ayam gurih dan lembut." Sahut Andien sambil membusungkan dadanya yang memang sepertinya salah pakai ukuran baju, karena terlihat sesak. Gimana itu orang bisa nafas lega pake baju ketat begitu. Gumam Alvian dalam hati.
Lagi-lagi Alvian menanggapi dingin. Ia tidak mau menatap mata Andien. Ia hanya dapat melirik Andien dari balik topinya yang memang ukuran assetnya terlihat sebesar ukuran kepala bayi yang baru lahir. Alvian menyerahkan uang satu lembar seratus ribuan kepada Andien.
"Baik, kak. Mohon ditunggu sebentar. Kami siapkan dulu pesanannya." Andien kecewa susuk pemikatnya tidak membuahkan hasil seperti biasanya. Ganteng banget. Tapi dingin liat yang jumbo begini. Pasti homo! Rutuk Andien kesal.
Tidak beberapa lama Andien kembali membawa nampan berisi pesanan Alvian. Setelah Alvian mengucapkan terima kasih, ia berbalik berusaha mencari bangku kosong. Namun ketika ia menoleh kearah bangku yang tadinya ada papan bertuliskan 'Rusak', kali ini tulisan tersebut sudah lenyap dan ia tidak menyadari siapa yang sudah mengambilnya. Kemudian tanpa menunggu lama ia menghampiri meja tersebut khawatir ada orang lain yang merebutnya. Setelah memastikan bahwa meja dan kursinya aman untuk ditempati, ia meletakan tas ransel di kursi yang terletak di hadapannya kemudian duduk di kursi yang satunya lagi. Ia lalu menikmati hidangannya sedikit lebih cepat.
Sembari menyantap hidangannya, Alvian mendapati Andien sang pramusaji terlihat sedikit menggoyangkan assetnya kepada pelanggan di hadapannya. Sang pelanggan yang diperkirakan berusian tiga puluhan terlihat menikmati hidangan visual dada ayam gurih dan lembut yang dipertontonkan oleh Andien. Sang pelanggan nampak mengeluarkan ponselnya sambil berbicara kepada Andien yang membuat Alvian menggeleng.
![](https://img.wattpad.com/cover/363292272-288-k292929.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
RandomKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...