-- 22. Gori dan Marten --

2 2 0
                                    

"Ayo, bro! kita masuk aja langsung! Tunggu apa lagi? Pasti ada yang gak beres ini." Kata Gori dari dalam mobil sedan yang berhenti tepat di depan hotel bintang lima dimana mobil yang dikendarai oleh Alvian terlihat memasuki hotel tersebut. Mereka sudah membuntuti mobil Alvian sejak dari apartemen Vera.

"Iya, tapi tuh lo lihat di depan. Penjaga gerbangnya bawa anjing, bro." Kata Marten yang berada di balik kemudi mobil.

"Ya terus?" Tanya Gori.

Marten menoleh kearah Gori dengan wajah sedikit pucat "Gue kurang suka sama anjing, bro."

"Lo takut anjing?" Tanya Gori lagi.

"Yaaa, bukan takut." Sanggahnya cepat. "Tapi lebih ke..." Marten terdiam sejenak memikirkan kata-katanya. "Tidak memiliki kemampuan untuk bisa berinteraksi dengan anjing sehingga dapat membuat sistem pertahanan menjadi melemah dan meningkatnya hormon kortisol."

"Bacot lo kebanyakan! Lo takut anjing! Udah. Titik." Sahut Gori kesal. "Itu anjing, disitu cuma mau periksa ini mobil aman dari bom atau engga. Itu doang, bro. Gak bakal masuk, aman."

"Bukannya dia bisa deteksi narkoba juga?" Tanya Marten.

"Ya tapi kita kan lagi gak bawa barang, bro. Kita kan disuruh bos Hua supaya buntutin si Vian." Kata Gori meyakinkan Marten.

"Ya memang. Tapi kan gue dari semalem ada di pabrik, bro. Gimana gak bau sabu semua ini badan gue? Kalau tuh anjing cium bau gue dari luar terus gonggong, terus tiba-tiba bisa buka pintu mobil terus gue dikunyah, apa jadinya gue, bro?" Kata Marten.

"Ya jadi tai anjing lah. Jadi apa lagi?" Sahut Gori kesal.

"Tuh kan. Gue lagi ngomong serius."

"Nah elu, bego! Mana ada anjing bisa buka pintu?" Kata Gori kesal sembari menoyor jidat Marten. "Lagian coba lo perhatiin. Dari semua mobil yang masuk, emang lo lihat pintunya pada dibukain?"

"Ah tetep gak mau gue. Kalau mau masuk, lo yang bawa mobilnya! Ambil tiket masuk kan harus buka kaca. Pas tangan gue keluar, langsung diterkam sama itu anjing, buntung lah tangan gue." Kata Marten.

"Yaudah sini gue yang nyetir. Pindah sana!" Sahut Gori kesal.

Marten kemudian keluar dari mobil dan berpindah ke pintu penumpang sedangkan Gori berpindah tempat dari bangku penumpang menuju ke posisi di balik kemudi.

Tak beberapa lama mobil mereka kemudian berjalan menuju pintu masuk dan berhenti untuk mengambil tiket.

"Selamat siang, pak. Saya ijin cek bagasi belakang." Sapa petugas keamanan.

"Silahkan, pak." Sahut Gori. Ia segera menarik tuas untuk membuka bagasi belakang.

Petugas tersebut kemudian melakukan pengecekan bagasi kendaraan mereka sementara itu seorang petugas yang lainnya memerintahkan anjing penjaga jenis Belgian Malinois untuk berjalan mengelilingi mobil Gori dan Marten. Pada saat ini wajah Marten tampak pucat ketika melihat anjing tersebut berjalan berkeliling sembari sesekali mengendus kendaraan mereka. Terlebih ketika mata Marten dan sang anjing bertatapan. Dengan cepat Marten mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Terima kasih, pak." Sahut Gori ketika dia melihat petugas yang melakukan pengecekan kendaraan selesai menutup bagasi belakabg. Mereka kemudian melaju menuju kearah lobby hotel.

"Lo turun gih, gue cari parkir dulu." Gori memberi perintah sesampainya di depan Lobby.

"Ngapain?" Tanya Marten.

"Check-in!" Pekik Gori. "Cari info, bego. Itu si Vian ada di lantai berapa? Kita langsung samperin kesana kalau udah dapet nomor kamarnya."

"Emang bisa, bro?" Tanya Marten.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang