-Ting- -Tong-
Mendengar bel hotel mewah tersebut berbunyi, Vera yang sedang duduk menatap layar televisi di dalam ruangan Presidential Suite segera melihat layar laptopnya. Ia diperintahkan oleh Alvian beberapa saat sebelum ia pergi menemui Hua, untuk selalu melihat tamu yang datang melalui CCTV yang sudah diretas oleh Alvian. Vera melihat Johanes dan Ricky sedang berdiri di depan pintu ruangan tersebut. Setelah dirasa aman, ia lalu bergegas untuk membukakan pintu tersebut.
Ia sedikit merapikan pakaiannya agar terlihat se-normal mungkin walaupun beberapa saat yang lalu terjadi pergumulan antara dirinya dengan Alvian.
-klek-
"Sore, pak." Sapa Vera.
Johanes dan Ricky membalas sapaan Vera dengan anggukan dan masuk ke ruangan tersebut tanpa diperintah.
"Ada apa, Ver?" Tanya Ricky sembari berjalan menuju sofa ruang tengah.
Johanes mengekor dari belakang sembari mengamati kondisi ruangan. "Kok masih rapih? Gak ngapa-ngapain pula kau, Ver? Ku kira bertempur hebat kau dengan Alvian." Soloroh Johanes.
Vera sedikit tersipu mendengar kelakar Johanes. "Mau minum, pak? Biar saya ambilkan." Sahutnya setelah menutup dan mengunci pintu ruangan.
"No no no!" Cegah Ricky. "Saya pekerjakan kamu bukan sebagai pembantu. Biar kami yang ambil sendiri kalau kami mau." Sambungnya.
"Vian mana?" Tanya Johanes.
"Dia diminta ketemu sama Hua, pak. Dia langsung pergi setelah dapat informasi ini."
"Ah, masa iya langsung pergi?" Seloroh Johanes sembari tersenyum.
Jantung Vera seolah memompa deras ke kepalanya mendengar jawaban asal Johanes. Mungkin saat ini kulit wajahnya yang putih sudah terlihat kemerahan.
Johanes lalu berjalan menuju kearah dapur. "Wine lagi, bos?" Tanyanya setengah berteriak kepada Ricky.
"Gak, bro. Cukup. Jadi dewa mabuk nanti." Sahut Ricky. "Jus aja."
Johanes terkekeh "Kamu mau jus juga, Ver?"
"Enggak, pak. Terima kasih." Tolak Vera.
Johanes membuka kulkas kemudian mengambil jus jeruk lalu menutup kembali pintu kulkas tersebut. Ia lalu menghampiri Ricky yang sudah duduk di sofa ruang tengah setelah mengambil dua buah gelas kosong.
"Thanks!" Kata Ricky setelah menerima gelas dari Johanes yang sudah berisi jus jeruk.
"Ada info apa kau, Ver? Menarik?" Johanes lalu menyesap jus jeruk tersebut setelah bertanya kepada Vera dalam keadaan berdiri di hadapan Vera.
"Saya rasa cukup menarik, pak. Makanya tadi saya minta ketemu dengan Bapak. Tapi Bapak minta ketemu disini aja."
"Oh ya? Se-menarik apa?" Tanya Ricky antusias.
Vera mengetikan tombol keyboardnya kemudian beberapa saat kemudian layar televisi di hadapannya memunculkan informasi berupa data kepolisian serta artikel lokal Tiongkok dengan bahasa mandarin.
Johanes yang semula menghadap Vera dan Johanes seketika membalikan badannya untuk menatap layar televisi di belakangnya. Ia menggeser sedikit tubuhnya agar Vera dan Ricky juga dapat melihat layar televisi tersebut.
"Apa ini?" Tanya Johanes dan Ricky hampir bersamaan.
"Vian dapat informasi ini dari artikel lokal dan juga data dari kepolisian China, pak." Jawab Vera. "Saya jelaskan dulu artikel lokal yang ini." Ia lalu memunculkan sebuah artikel lokal sehingga memenuhi sebagian besar layar televisi. "Di artikel ini disebutkan bahwa Lin Zhifang terlibat kasus korupsi dan pencucian uang, pak. Kemudian mereka kabur ke beberapa negara sampai pada akhirnya sekarang mereka berada disini. Oleh karena itu, dia mendapatkan Red Notice dari Interpol."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Diatas Balkon
RandomKisah kehidupan 2 orang sahabat Iwan dan Donny yang menjalanin kehidupan bersama sejak SMA sampai dengan Kuliah dengan latar waktu 90'an akhir sampai dengan 2000'an awal. Donny, cowo normal rata-rata, sedikit konyol, dan memiliki jiwa sosial yang cu...