-- 19. Salah Penilaian --

3 2 0
                                    

Gila tuh orang! Lagi tugas kayak gini, masih sempet-sempetnya mikirin birahi. Apa dia gak lihat tadi si Vian ngelakuin sesuatu sama hapenya? Bodoh bener tuh orang! Kalau gara-gara dia misi ini sampai gagal, gue kebiri bijinya! Rutuk Donny dalam hati di depan ruangan tempat pertemuan tadi dengan Hua. Ia menghembuskan asap rokok yang dihisapnya secara kasar sembari menatap sekumpulan orang yang sedang menggoyangkan tubuhnya di lantai dansa mengikuti alunan Musik Elektronik yang diputar oleh seorang Disc Jockey.

Sementara itu, dari kejauhan seseorang yang sedari tadi menatap kearah ruangan yang bertuliskan "Private Room" bertanya-tanya dalam hatinya ketika ada beberapa orang yang dikenalnya keluar masuk dari ruangan tersebut. Dia kenal dengan Hua yang tadi sempat terlihat dijaga ketat oleh beberapa orang pengawal berbadan besar dan tegap yang masuk kedalam ruangan tersebut. Namun yang lebih mengagetkannya adalah sosok Donny yang keluar tak lama setelah Hua meninggalkan ruangan tersebut.

Sepanjang gue ngelakuin ini, sekalipun gue gak pernah komunikasi langsung apalagi satu ruangan sama Hua. Kenapa dia bisa ada di ruangan yang sama? Pasti ada sesuatu yang besar udah terjadi. Katanya dalam hati. Ia kemudian bangkit dari kursinya untuk menghampiri Donny karena rasa penasaran yang menghinggapinya saat ini.

"Anton, lo mau kemana? Belum selesai bisnis kita ini." Kata salah satu pria yang sedang duduk di sofa besar bersama beberapa orang lainnya.

"Emm, gue mau ke toilet sebentar." Kilah Anton.

"Gak bisa lo tahan sebentar? Ini kita belum deal harga." Kata orang itu lagi.

"Duh, udah kebelet. Lima menit!" Jawab Anton sembari bergegas menuju toilet sebagai alibi.

Anton terus berjalan melewati kerumunan orang yang sedang menari-nari tersebut. Setelah dirasa aman dari pandangan rekannya tadi, ia perlahan mendekati tangga untuk menuju ke ruangan khusus tersebut namun ditahan oleh salah satu penjaga dibawah.

"Maaf mas, mau kemana?" Tanya pria yang menjaga tangga.

"Emm, saya mau cari toilet." Jawab Anton.

"Maaf, ini area terbatas. Toilet ada disana." Jawab pria tadi sembari menunjuk ke arah toilet.

"Oh, oke." Jawabnya dengan perasaan kecewa. Ia berjalan kearah yang ditunjuk pria tadi sembari tetap memperhatikan Donny yang sedang mengepulkan asap rokoknya sembarang. Bisa-bisanya Donny punya akses khusus kesitu. Pasti bukan orang biasa. Terlebih lagi jika bersama dengan Hua. Apa selama ini gue udah salah nilai Donny? Ketika sudah berada di depan toilet, ia lalu melanjutkan langkahnya menuju keluar klub itu. Ia lalu mengeluarkan ponselnya ketika sudah berada di luar klub.

-Tut-

"Bro, lo dimana? Ini udah tinggal deal harga doang."

"Sorry bro, gue tiba-tiba gak enak badan. Gue cabut duluan."

"Ah, gak bisa lah. Ini gimana kelanjutannya?"

"Lo lanjutin aja. Gue percaya sama lo."

"Tapi—"

-Tut-

Anton mengakhiri panggilannya secara sepihak. Ia lalu berjalan ke dalam mobilnya dan melesat dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus menyerangnya.

Donny melajukan kendaraannya dengan cepat pagi itu selepas pertemuannya dengan Hua tadi.

"Kau kenapa lah? Pendiam kali kau pun ku tengok?"

"Gak apa-apa, bang." Jawabnya tanpa mengurangi kecepatan laju kendaraannya.

"Ah cemana gak apa-apa? Marah kau kumakan perempuan kau tadi?" Tanyanya lagi sambil terkekeh.

Bintang Diatas BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang