typo bertebaran
_______________
Jake terpaksa membuka matanya karena suara berisik dari arah kamar mandi, mata lelaki itu menyipit dan dengan terpaksa pula memaksa tubuhnya untuk bangun. Ia baru menyadari jika ini bukanlah kamarnya tapi ini adalah kamar apartemen Sunghoon. Sudah lama ia tidak menginjakkan kaki di apartemen lelaki itu semenjak hubungan keduanya memburuk hari itu.
Jake mengalihkan pandangannya ke arah ranjang sebelahnya yang kosong, ia pikir tadinya Sunghoon masih tidur disebelahnya. Matanya lalu berpindah pada jam weker diatas laci meja yang menunjukkan pukul 5 pagi. Alisnya kembali menyatu begitu kedua telinganya menangkap suara berisik kembali yang berasal dari arah kamar mandi
Jake yakin itu adalah Sunghoon karena ia tidak menemukan lelaki itu tertidur disebelahnya.
Karena merasa penasaran dan khawatir jika terjadi sesuatu pada Sunghoon, Jake turun dari ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi.
Dan sangat kebetulan sekali, pintu kamar mandi itu tidak tertutup dan terlihat Sunghoon yang tengah muntah di wastafel. Jake yang terkejut dan khawatir segera berlari ke arah lelaki itu, ia menanyakan kondisinya seraya mengusap punggung lelaki itu.
"Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan sekarang?" Sunghoon tentu saja terkejut dengan kemunculan Jake yang tiba-tiba. Lelaki itu hampir lupa jika masih ada Jaje, kekasihnya itu terbangun pasti karena mendengar suara berisik karenanya.
Sunghoon hanya menggelengkan kepala, lagipula ia juga tidak tahu harus mengatakan apa pada Jake karena tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.
Sunghoon menyandarkan punggungnya di kepala ranjang sembari memejamkan mata, perutnya terasa tidak nyaman dan punggungnya terasa nyeri.
Genggaman tangan Jake membuat lelaki itu membuka mata, alasan lain Sunghoon tidak bisa memberi tahu Jake adalah wajah lelaki itu yang terlihat cemas. Jelas sekali lelaki itu terlihat khawatir dan hampir seperti akan menangis, ia tidak bisa membayangkan jika Jake sampai mengetahui yang sebenarnya. Ia tidak ingin membuat lelaki itu sedih.
"Tidak perlu khawatir. Mungkin aku hanya kelelahan dan Demam"
"Apa kau yakin? Bagaimana jika kita ke rumah sakit? Wajahmu juga terlihat pucat"
Sunghoon menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, aku hanya perlu waktu istirahat lebih lama dan setelah itu aku akan baik-baik saja" Jake tidak langsung menjawab, ia sebenarnya merasa khawatir dengan kondisi Sunghoon apalagi wajah lelaki itu yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Tapi setelah mendengar ucapan Sunghoon yang menyakinkan dirinya hanya perlu minum obat dan istirahat Jake akhirnya menganggukkan kepala Karena seperti apa yang dikatakan sunghoon bahwa Dirinyalah yang lebih mengetahui tentang kesehatan dibading Jake.
"Tunggu disini sebentar, aku akan membuatkan bubur untukmu dan membawakanmu obat Demam untukmu" senyuman kecil tersemat diwajah Sunghoon yang dibalas Jake dengan hal yang sama. Setelah Jake keluar dan pintu kamar tertutup Sunghoon segera membuka laci meja bagian paling bawah. Lelaki itu menyambar beberapa obat yang biasa ia konsumsi selama 3 bulan belakangan ini, Walaupun efek samping dari obat ini adalah muntah namun, dirinya tetap harus memaksakan Obatnya masuk kedalam tubuhnya.
Sunghoon terpaksa membuka mulutnya begitu Jake menyuapinya bubur, ia benar-benar menahannya agar tidak muntah dan kembali membuat kekasihnya itu merasa semakin cemas. Lelaki itu juga tidak menolak saat Jake menyodorkan obat ke arahnya, ia memasukkan obat itu ke dalam mulut namun tidak benar-benar menelannya hanya menyembunyikannya dibawah pangkal lidah. Baru setelah Jake keluar dari kamar, Sunghoon dengan cepat mengeluarkan obat berwarna putih itu dan melemparnya kedalam kolong tempat tidur.
Sunghoon bisa melihat ponsel Jake yang bergetar dan memperlihatkan Nama Universitasnya disana, pasti Jake ada pekerjaan mendadak karena hari ini bukan jadwalnya mengajar
"Tidak apa-apa, kau pergilah ke kampus. Aku juga merasa jauh lebih baik sekarang" ucap Sunghoon yang menyakinkan Jake yang sedari tadi tampak ragu untuk pergi bekerja
lelaki itu sebenarnya sudah rapi dan siap pergi ke Kampus tempatnya bekerja tapi Jake merasa ragu dan khawatir jika meninggalkan Sunghoon di apartemen sendiri dalam kondisi lelaki itu seperti sekarang.
"Pergilah, aku pasti akan mengabarimu nanti" Jake akhirnya menyerah, setelah bujukan Sunghoon yang ketiga kalinya ia akhirnya pergi bekerja seperti biasa.
Sebenarnya ia benar-benar tidak ingin meninggalkan Sunghoin tapi ia ada janji pertemuan bersama perusahaan untuk mengirim para mahasiswanya bermagang disana. Senyuman manis Jake muncul setelah Sunghoon mencium bibir lelaki itu mencoba kembali menyakinkan kekasihnya itu jika ia akan baik-baik saja.
"Kabari aku jika ada apa-apa. Jangan lupa makan bubur yang aku buat dan minum obat"
"Baik, Istri dokter Park " pukulan kecil seketika mendarat dibahu Sunghoon, lelaki itu tertawa kecil melihat wajah kesal kekasihnya yang terlihat menggemaskan.
Setelah Jake benar-benar pergi, Sunghoon sedikit menghela nafas lega. Sunghoon tahu ia tidak akan bisa menyembunyikan ini lebih lama lagi dari lelaki itu, cepat atau lambat Jake pasti akan mengetahuinya.
Sunghoon memutuskan untuk tidur berharap rasa sakit yang ia rasakan menghilang ataupun sedikit mereda setelah ia bangun tidur, namun sepertinya itu tidak lama karena sekarang ia benar-benar sudah tidak bisa menahannya. Sunghoon merasa seluruh tubuhnya terasa sangat sakit tidak seperti biasanya setelah ia meminum obat rasa sakit itu akan sedikit mereda.
Merasa berada di batas tidak bisa menahannya terlalu lama, Sunghoon meraih ponselnya diatas meja menghubungi seseorang yang bisa membantunya untuk saat ini. Tidak butuh waktu lama sambungan telepon itu tersambung dengan nada suara panik Jay dari sebrang telepon.
_______________
Ehhh kalian kalau Sunghoonnya meninggal gimana?
ini mah baru pemikiran aku sih! Soalnya ada 3 opsi juga antara Happy Ending, Netral Ending sama Sad Ending wkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the star
Fanfiction{End} Jake bertemu dengan kekasihnya yang ternyata akan menjadi adik tirinya. ⚠️ Mature 💢 Mpreg