'5'

2.5K 155 9
                                        

typo bertebaran

_____________

Setelah hampir 3 menit, Jake  akhirnya menyerah. Lelaki itu menghela nafasnya dan menuju kamarnya dengan langkah berat. Apa Sunghoon memang berusaha menghindariku? Pikiran itu terus berputar dikepala Jake beberapa hari ini dan malam ini ia benar-benar sampai diperasaan tidak tenangnya karena terus memikirkan Sunghoon.

Berbaring diatas ranjang seraya menatap langit kamar, tiba-tiba sekelebat ingatannya bersama Sunghoon melintas dikepalanya. Wajah lelaki itu dan senyumnya, Jake tidak pernah bisa melupakannya. Sekeras apapun Jake menepis perasaannya, berapa kali pun ia mengatakan harus melupakan Sunghoon dan mengusir lelaki itu dari pikirannya.

Perasaannya pada Sunghoon akan tetap tinggal didalam hatinya. Jake mengusap sudut matanya yang basah, ia merindukan lelaki itu.

______________

Jake keluar dari kamarnya seraya mengusap rambutnya yang masih basah menggunakan handuk. Lelaki itu lalu turun ke lantai bawah dan melihat beberapa makanan untuk makan malam sudah tersaji diatas meja makan. Bibi atau bibi Nam, asisten rumah tangga itu menyapanya dengan senyum hangat seperti biasa begitu melihat Jake.

"Apa Tuan muda Jake ingin makan malam sekarang?" Tanya wanita itu bermaksud menyiapkan piring dan mengambilkan nasi juga lauk, namun Jake segera menolaknya. Lelaki itu mengedarkan pandangannya dan menyadari Sunghoon belum pulang ke rumah.

"Aku akan menunggu Sunghoon pulang untuk makan malam bersama" jawabnya lalu ia pamit pada bibi Namn untuk pergi ke ruang keluarga.

Sebenarnya Jake sudah lapar namun ia menahannya dan memilih menunggu Sunghoon untuk makan malam bersama, lagipula kedua orang tuanya sudah pergi ke Jepang tadi pagi untuk bulan madu. Jadi menunggu Sunghoon pulang lebih baik daripada ia harus makan malam sendiri.

Suara pintu dibuka dan ketukan sepatu membuat Jake menoleh ke arah sumber suara, sesuai dugaannya Sunghoon baru saja pulang setelah ia menunggu lelaki itu hampir satu jam lamanya. Alis Jake menyatu begitu matanya melihat luka diwajah Sunghoon. Luka itu seperti terkena pukulan, tidak mungkin jika Sunghoon berkelahi di rumah sakit bukan.

"Wajahmu kenapa?" Jake segera menghalangi jalan lelaki itu yang hendak menaiki tangga, ia memeriksa wajah Sunghoon untuk melihat luka itu yang sepertinya belum diobati.

Sunghoon tidak menjawab, lelaki itu hanya menampilkan wajah datarnya dan menepis tangan Jake lalu segera menuju kamarnya dan Jake  mengikuti dibelakang.

"Wajahmu harus diobati"

Sunghoon berdecak pelan dan menghindar dari Jake begitu lelaki itu hendak menyentuh wajahnya kembali.

"Aku seorang dokter jadi aku yang lebih tahu kondisiku"

"keluarlah dari kamarku!" Sunghoon memang tidak membentaknya tapi tetap saja itu berhasil melukai hati Jake.

"Kenapa kau terus menghindar dariku?!" bentak Jake, suaranya meninggi karena mulai kesal.

Ia sudah tidak tahan dengan sikap Sunghoon beberapa hari terakhir juga ia ingin mendapat jawaban atas pertanyaan yang terus mengganggunya dan berputar dalam kepalanya yang membuatnya sulit tidur beberapa malam ini.

"Bukankah itu yang kau inginkan?!" Sunghoon menjawab tak kalah tingginya, mata tajam itu membalas tatapan Jake yang terlihat berair.

Sunghoon memajukan tubuhnya mengikis jarak antara mereka begitu melihat Jake yang hanya terdiam menatapnya. Dan sebelum lelaki itu mundur, Sunghoon meraih pinggangnya dan menarik tengkuk Jake lalu melumat bibirnya.

Jake tentu saja memberontak, mendorong dada Sunghoon dengan kedua tangan yang langsung ditahan lelaki itu. Gigitan dibibir bawahnya membuat Jake refleks membuka mulutnya dan Sunghoon yang langsung melesakkan lidahnya. Ciuman itu masih berlanjut setelah tiga menit berlalu, Jake yang tadinya mencoba memberontak kini pasrah dan menerima ciuman Sunghoon.

Bahkan saat kedua kakinya mulai lemas, Sunghoon meraih pinggang Jake dan mendorong tubuhnya perlahan ke atas ranjang, mengunci kedua tangannya disela ciumannya yang mulai menuntut. Lelaki itu baru melepaskannya setelah melihat wajah Jake yang memerah, bahkan Sunghoon baru menyadari jika Jake menangis.

"Bukankah kau yang mengatakan sendiri agar aku melupakanmu?" Sunghoon menatap lekat manik cokelat Jake dibawahnya.

"Ya! Tapi aku tidak menyuruhmu untuk menghindar dariku!"

Sunghoon menarik sudut bibirnya, sangat puas menatap wajah Jake yang terlihat marah. Lelaki itu kembali memberontak tapi Sunghoon menekan kedua tangan lelaki itu lebih kuat.

"Kenapa kau bisa mengaturku sedangkan aku tidak?" Sunghoon menatap tenang wajah Jake, nafas lelaki itu terlihat naik turun.

"Jika aku tidak menghindar darimu, aku tidak akan bisa melupakanmu seperti yang kau mau" seperti pedang yang dihunuskan tepat dijantungnya, Jake terdiam mendengar ucapan Sunghoon. Ia memang mengatakan hal itu, namun saat Sunghoon sendiri yang mengatakannya rasanya benar-benar sangat sakit saat mendengarnya.

Jake memang pernah sangat yakin dan percaya diri jika itu adalah keputusan terbaik untuk mereka, namun hari ini kata-kata itu seolah menjadi pisau yang kini melukai hatinya. Semua itu nyatanya tidak semudah yang Jake bayangkan dan pikirkan diawal.

Bahkan sampai sekarang pun, Jake tidak bisa melupakan perasaannya pada Sunghoon. Justru sebaliknya, perasaannya pada lelaki itu semakin besar setiap harinya. Semakin Jake berusaha melupakannya, lelaki itu semakin sering muncul dipikiran Jake.

"Kenapa? Apa kau tidak bisa melupakanku?" ucapan itu tepat didepan telinga Jake, lelaki itu sedikit menggeliat tidak nyaman saat hidung Sunghoon bersentuhan dengan lehernya.

"Jikapun bukan karena orang tua kita menikah, apakah kita bahkan masih bisa bersama?" Sunghoon menyatukan alisnya, menatap ke arah Jake dengan pandangan tanda tanya.

"Kau pikir aku tidak tahu, alasanmu selama ini selalu menolak untuk mengumumkan hubungan kita pada orang tua kita? itu karena keluargamu tidak bisa menerima hubungan seperti kita kan?" Jake meninggikan suaranya dan menatap wajah Sunghoon yang terlihat terkejut.

Selama ini memang dirinya menolak dengan alasan ia belum siap pada Jake, bahkan saat lelaki itu mengajaknya untuk bertemu Ayahnya terlebih dahulu Sunghoon akan menggunakan alasan yang sama. Jake mencoba memakluminya, ia akan menunggu Sunghoon sampai lelaki itu siap.

Jake juga tidak pernah menaruh perasaan curiga apapun pada Sunghoon sampai suatu hari Jake tidak sengaja mendengar ucapan itu dari mulut lelaki itu. Bahwa keluarga Sunghoon tidak bisa menerima pernikahan sesama jenis, aturan itu berlaku dikeluarga mereka. Karena hal itu mereka anggap sebagai aib keluarga, lagipula melanjutkan keturunan sangat penting untuk keluarga Park.

"Kau yakin Ayahmu akan menyetujuinya?" tanya Sunghoon tajam

Jake pun terdiam, Ayahnya memang tidak pernah menolak keinginan Jake, sehingga Jake sangat yakin bahwa dulu ayahnya tidak mempermasalahkan jika dirinya memiliki kekasih seorang pria.

_________________

Rewrite the starTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang