Eskisehir, 10 April 2024
Tahun ini merupakan kesekian kalinya saya merayakan hari raya di luar kampung halaman. Tepatnya sudah empat kali saya berlebaran (Idul Fitri) di tanah perantauan. Dua di antaranya, di Turki. Dan tahun ini, merupakan kali pertama saya merayakan lebaran di Eskisehir. Yang Alhamdulillah nya, jauh lebih berkesan dibandingkan ketika saya merayakan lebaran di tahun 2022, ketika saya masih tinggal di Kütahya dulu. Saya masih ingat, dulu saya habis Salat Ied, makan di rumah teman, habis itu pulang, tidur. Gak tau mau ngapain lagi. Di lebaran kali ini, di kota yang sudah jadi rumah utama saya di Turki ini, terdapat banyak keberkahan yang membuatnya lebih berkesan.
Berkah pertama tentulah berkah Salat Ied berjamaah bareng teman-teman seperantauan. Di lebaran tahun pertama saya di Kütahya dulu, saya hampir masbuq karena khutbahnya gak kedengaran di luar. Dikira masih lama mulainya, tahunya udah baca surat aja. Untung terkejar, masih bisa ikut rukuk sehingga tidak jadi masbuq. Tahun ini, saya gak mau itu terjadi lagi. Jadinya dari jam 5 saya sudah siap-siap mandi dan Salat Subuh. Setelah mengaji sebentar, saya telpon orang tua dan teman saya di rumah, menyapa dan berlebaran, maaf-maafan. Jam 6 pagi, kami berencana sudah harus berangkat dari rumah. Tapi, karena menunggu yang lain terlebih dahulu, kami baru berangkat dari rumah jam 06.15 waktu setempat. Kami segenap mahasiswa Indonesia di sini memang sudah janjian untuk salat bareng di Masjid Resadiye, yang terletak di pusat kota Eskisehir. Membutuhkan waktu 15-20 menit untuk sampai ke masjid dari rumah. Jika mengikuti anjuran dari pemerintah Arab Saudi, Shalat Idul Fitri baiknya dilaksanakan 15 menit setelah matahari terbit. Matahari terbit pada jam 06.21. Jika memang mengikuti anjuran itu, maka salat akan dilaksanakan jam 06.36 kira-kira. Semoga saja masih sempat, saya ingin dapat nih feel Idul Fitri kali ini. Jam 06.35, kami sampai di masjid. Sudah ada Hoca yang berkhutbah di mimbar sebelah kiri, mimbar yang biasanya digunakan untuk memberikan nasehat/maw'izoh. Seperti Salat Jumat, memang biasanya ada hoca yang berkhutbah dulu di mimbar berbicara tentang anjuran-anjuran kebaikan dan nasehat. Khutbah yang durasinya jauh lebih lama dari khutbah (asli) setelah Salat Ied itu sendiri. Ternyata, saya dapat kabar dari teman, kalau Salat baru akan dilaksanakan jam 7 pagi. Dan memang benar, jam 7, ada imam yang berdiri di depan jamaah memberi tahu tentang tata cara Salat Ied. Lalu 5 menit kemudian, salat pun dimulai.
Salat Ied di Turki mengikuti tata cara madzah Hanafi sehingga cukup berbeda dengan tata cara Salat Ied di Indonesia. Di rakaat pertama, imam memimpin takbir sebanyak empat kali, lalu diikuti dengan pembacaan surat Al-Fatihah dan surat pendek. Lalu di rakaat kedua lebih mencolok lagi perbedaannya. Jadi, setelah bangun dari sujud rakaat pertama, imam membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek, kemudian barulah takbir sebanyak tiga kali. Kemudian setelah itu, salat berlanjut sampai salam sebagaimana biasa.
Selesai salat, kami mendengarkan khutbah yang disampaikan oleh imam, yang sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, jauh lebih singkat dari khutbah di awal waktu, sebelum salat Ied tadi. Imam menyampaikan pentingnya solidaritas kita, terutama pada saudara sesama muslim di Palestina yang sampai sekarang tetap berjuang dan beriman teguh pada Allah SWT.
Sekitar jam 7.30, rangkaian prosesi salat Ied pun selesai. Saya bertemu dan bersalaman dengan teman-teman saya, baik dari teman-teman Indonesia, maupun dari teman-teman mancanegara. Termasuk disana juga ada Sadık Hoca dari YUDER, dan Mubin Abi dari Medrese Resale Nur. Saya berjanji ke mereka berdua akan berkunjung ke rumah beliau, Sadık Hoca, sebelum jam 2 siang, dan nanti habis Dzuhur akan menghadiri undangan dari Medrese juga ke Eskisehir OKUR untuk acara bayramlaşma. Saya lupa sudah pernah sampaikan ini atau tidak, tapi saya memang secara reguler menghadiri majelis Medrese Resale Nur, pengikutnya Badiuzzaman Said Nursi, yang isinya ajaran Tauhid, Akidah, Tadabbur, dan ajaran islam lainnya. Nah, ketika Ramadhan, saya belum sempat ikut acara Medrese sama sekali. Memang untuk kajian ditiadakan selama Ramadhan ini, tapi sudah dua kali mereka adakan acara buka bersama, tapi selalu bertabrakan dengan acara bukber yang lain. Ditambah lagi, sudah berminggu-minggu pula saya tidak hadir ke kajian mingguan mereka. Jadi, kurang elok rasanya kalau di acara lebaranan ini gak ikut juga. Sadık Hoca juga sudah sejak sepekan sebelum hari raya, meminta saya untuk berkunjung ke rumah beliau ketika hari raya nanti. Beliau selama ini sudah baik banget ke kami. Sekitar 3-4 hari yang lalu, saya bersama beliau membagi-bagikan paket bantuan sembako dari YUDER kepada teman-teman Mahasiswa Internasional, dalam hal ini saya membantu menyalurkan ke teman-teman pelajar Indonesia yang membutuhkan (pada awalnya), sampai akhirnya, hampir semua teman-teman yang tinggal di rumah kebagian jatah sembako ini. Ada 25 kardus yang berhasil kami salurkan, tiap kardus berisi berbagai sembako dengan total berat sekitar 20 kg. Bantuan-bantuan ini berasal dari donasi maupun zakat yang terkumpul dari IHH maupun YUDER sendiri. Terkadang, ketika menyalurkan, kita pergi memakai mobil pribadi Sadık Hoca, begitupun bensinnya juga beliau yang menanggung. Kenapa bela-bela sampai seperti itu? Membantu para pelajar asing yang bahkan sebelumnya tidak dikenal sama sekali? Beliau selalu menjawab, "Untuk mendapat Ridha Allah". Tegas beliau jawab seperti itu. Memang saya tahu betul orang yang berada dalam jajaran kepengurusan IHH dan YUDER adalah orang-orang baik, tulus, dan MasyaAllah sekali. Ya karena itu juga, mustahil saya menolak undangan beliau untuk datang bersilaturahmi ke rumahnya lebaran ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Notes from Turkiye
AdventureCatatan keseharian selama kuliah di turki. Sebelum, ketika, dan setelah berangkat ke Turki. İnformasi apa saja tentang turki secara santai. Setiap perjalanan menarik, termasuk destinasi keren yang saya kunjungi selalu saya catat dengan bahasa yang a...