*
Kejadian malam tadi membuat Javvad dan Aleccia semakin canggung. Bukannya apa, tapi dengan Javvad yang meninggalkan istrinya begitu saja diatas kasur dengan kondisi mengenaskan sepertinya berhasil membuat si cantik itu marah sejadi jadinya.
Javvad akui semalam ia hampir saja kebablasan, tetapi ingatan tentang malam dimana ia dan ayahnya bertengkar masih terus terbayang bayang. Ingatan itu muncul dimana percakapan antara dirinya dan Jenar juga Tsania, saat saat Ayahnya dengan sengaja menyayat tubuh putra tunggalnya sendiri. Ah rasanya makin gila saja rasanya.
Disamping itu pun Javvad bersyukur mereka tidak jadi melakukan hal itu karena perasaan mereka berdua belum tentu sudah saling mencintai kan? Hanya kepalang nafsu saja. Dan kini ia harus menikmati hasil perbuatannya, Aleccia mendiami nya pagi ini.
"Katarina"
"Hm"
"Jadi ikut kekantor kan?"
"Ya"
Hanya itu percakapan pagi ini diantara mereka, sejak masuk mobil sampai sekarang mereka baru saja tiba diparkiran kantor. Javvad tak mendengar omelan istrinya, memang se-berpengaruh itu kah?
Javvad turun lebih dulu, seperti biasanya ia juga membuka kan pintu untuk istri nya.
"Jangan buat keributan, dan jaga sopan santun kamu didepan karyawan saya"
Aleccia tak menggubris suaminya, sengaja ia menyibukkan diri melihat lihat ponselnya. Memunggu Javvad berjalan lebih dulu dan dia pun bisa mengikutinya dari belakang.
"Selamat pagi Pak Javvad"
"Pagi Pak Javvad"
"Selamat pagi.. Pak"
"Pak Javvad, selamat pagi"
Kalimat sapaan itu ditujukan untuk Javvad, Aleccia menatap suaminya yang membalas sapaan karyawannya dengan anggukan kecil saja.
Oh ternyata memang cuek kepada semua orang, dikiranya hanya ke Aleccia saja.
Javvad masuk kedalam ruangannya, diikuti Aleccia dibelakangnya. Beberapa karyawan tampak berbisik bisik, Aleccia dapat menebak mereka sedang bergibah ria tentang dirinya yang tiba tiba ikut ke kantor suaminya.
"Kamu duduk dulu, disana ada toilet kalau kamu lagi butuh, dan jangan buat keributan"
Setelah itu Javvad akhirnya duduk dikursinya, membuka laptop dan mulai bekerja seperti biasanya. Jika istrinya bosan Javvad tidak akan peduli, salah sendiri segala ingin ikut. Memangnya dikantor ini ada tempat shopping?
"Javvad"
Javvad menoleh "Kenapa" jawabnya.
"Haus"
"Kenapa tadi gak bilang pas lagi jalan, sudah sampai disini baru ngeluh haus"
Aleccia melirik sinis suaminya, bukan itu jawaban yang diinginkannya. Dengan perasaan kesal gadis itu menyandarkan punggungnya lalu mulai bertukar pesan dengan sahabat sahabatnya.
Sudah lama sekali mereka bertiga tidak girls time. Sepertinya sudah harus mengatur jadwal untuk pertemuan gadis gadis cantik kurang kerjaan itu.
Lingkar pertemanan Aleccia memang luas, kenalannya ada dimana mana namun untuk dijadikan seorang sahabat dekat sepertinya sulit. Hanya Bianca dan Hannah yang cocok dengannya.
"..iya tolong dibawa keruangan saya ya"
Aleccia menoleh sekilas setelah mendengar percakapan Javvad selepas menerima telfon. Apa Javvad menyuruh karyawannya untuk membawakan minuman untuk Aleccia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...