*
"Jadi gimana Javvad?"
Javvad menoleh sekilas, kegiatannya ia berhentikan sesaat setelah suara Aleccia muncul dari belakangnya. Gadis itu memeluk pinggangnya dan menyandarkan kepala di punggung Javvad.
Elusan halus diberikan Javvad diatas tangan istrinya "Kamu maunya bagaimana? Semalam kata papah kenyamanan kamu harus diperhatikan juga" balasnya.
Javvad tengah memasak sarapan untuk mereka berdua pagi ini, setelah sarapan selesai mereka akan pergi kekantor bersama lagi. Karena hari ini adalah hari pertama Aleccia mulai belajar langsung dari Mars.
"Saya juga bingung sih, tapi gapapa deh kita ikut kemauan papah kamu untuk menginap disana sekalian saya juga mau cari tau sesuatu"
Kening pria itu berkerut bingung, mendengar kalimat bahwa istrinya ingin mencari tahu sesuatu disana berarti memang ada yang menganggu pikiran Aleccia dan Javvad tidak tahu menahu tentang itu. Ia berbalik menatap istrinya "Cari tahu tentang apa?" Tanya-nya, wajahnya memang tenang namun hatinya berbanding terbalik.
"Tentang Laura. Pasti papah kamu tahu banyak tentang dia, dan bisa aja ada sesuatu yang buat Papah kamu sepercaya itu dengan Laura sampai minta dia mengandung kamu-"
"-maksud saya, gak mungkin gak ada alasan yang kuat sampai Papah kamu tiba tiba ngajak Laura kerja sama. Iya kan?"
Benar juga, Javvad tidak kepikiran tentang itu. Atau mungkin karena rasa benci dengan dua orang itu sudah menggorogoti dirinya sampai lupa bagaimana watak Jenar yang keras kepala dan sulit percaya dengan orang lain. Sudah jelas dibalik ini ada sesuatu yang dilakukan atau dikatakan Laura sampai Jenar yakin dengan wanita itu.
"Sebelumnya kamu pernah bawa dia ketemu orang tua kamu gak?"
Javvad menggeleng "Saya gak pernah bawa perempuan kerumah, cuma kamu yang benar benar saya kenal kan ke mereka" jawabnya.
Selama berpacaran dulu, Javvad memang tidak pernah tertarik membawa kekasihnya ke rumah atau sekedar memperkenalkan mereka dengan keluarganya. Alasannya jelas, Javvad tidak ingin perempuan yang ia sayangi harus menanggung beratnya masalah dalam keluarganya.
Dan sekarang orang yang tak disangka sebelumnya yang menanggungnya, Aleccia sendiri.
"Gitu ya..."
Javvad mengangguk mengiyakan, disamping itu ia sedikit bersyukur ternyata Aleccia tidak berpikiran aneh aneh tentang hal yang ditakutkan Javvad selama ini. Javvad masih terus berperang dengan isi kepalanya, haruskah ia memberi tahu Aleccia nanti? Atau tidak?
Aleccia terlalu berharga, dan Javvad tidak ingin kehilangan perempuan cantik ini. Aleccia berhasil membangun semangat hidup Javvad lagi, menghapus rasa trauma masa lalu Javvad dan bahkan mengukirnya dengan cerita baru setiap harinya. Jika bukan Aleccia, belum tentu Javvad bisa stabil seperti sekarang ini.
Perempuan yang lebih muda darinya itu sangat amat memiliki pengaruh besar, sifatnya yang kekanak-kanakan dan emosinya yang suka naik turun adalah hiburan sehari hari bagi Javvad. Rasa ingin mengajari Aleccia hal hal baik sangat menggebu didalam diri Javvad.
"Katarina" ia memanggilnya.
Tangan yang melingkar dipinggang Javvad kian erat lagu, si cantik sudah mengangkat kepalanya menatap suaminya "iya" jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...