4. Ran away

1.3K 183 29
                                    

*

Javvad, baru saja pria itu ingin membuka pintu mobilnya tiba tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya. Lantas Javvad menoleh.

"Javvad!"

Ini lah yang dihindari Javvad sejak 3 hari yang lalu. Kedua orang tuanya baru saja keluar dari hotel yang sama dengannya, melangkah mendekatinya "Aleccia mana?" Tanya Tsania.

"Ada didalam, ada apa? Aku gak bisa lama lama, Aleccia harus istirahat" jawabnya pada sang ibu, yang kini sedikit mengintip keberadaan Aleccia didalam mobil.

"Bisa bicara sebentar?"

Javvad terdiam, ingin sekali rasanya menolah namun apa daya orang tuanya yang keras kepala pasti akan terus memaksanya. Mau tak mau Javvad mengangguk, ia membuka pintu mobilnya "Kamu tunggu disini sebentar, saya mau bicara sama orang tua saya" ujarnya pada sang istri.

Didalam sana Aleccia hanya mengangguk saja.

Javvad akhirnya mengikuti kemana kedua orang tuanya akan mengajaknya untuk sekedar berbincang disore hari begini. Mereka memang jarang menghabiskan waktu bersama, banyak sekali alasan yang membuat Javvad akhirnya paham mengapa semuanya bisa terjadi.

Javvad benci dengan alasan alasan itu. Ingin rasanya ia merutuki kedua orang tuanya namun dia tetap ingat dirinya hanya seorang anak yang dibesarkan orang tuanya. Walaupun tidak dengan sepenuh hati atau mungkin tidak memiliki hati selayaknya kasih sayang orang tua pada anaknya.

"Kalian mau bicarakan apa? Saya gak bisa lama lama" ucap Javvad membuka topik.

Jenar dan Tsania serentak mengangguk, mereka memberi ruang untuk anak tunggal mereka itu untuk duduk lebih dulu "Bagaimana kabar perusahaan kamu?" Tanya Jenar akhirnya.

"Baik"

"Kamu masih ingat dengan kesepakatan kita kan? Javvad?"

Javvad hanya mengangguk saja, ia paling benci jika sudah berhadapan dengan Jenar. Laki laki tidak tahu malu dan bertingkah seakan tidak terjadi apa apa. Dan sekarang dengan mudahnya ia membahas perihal kesepakatan lagi.

"Aleccia tidak boleh tau soal ini" Jenar bersuara lagi, "Bagaimana kalau kamu dan Aleccia tinggal bersama Papah dan Mamah?" Tanya nya lagi.

"Tidak bisa pah, saya sudah punya apartemen sendiri, urusan Aleccia itu urusan saya. Tolong untuk kalian berdua jangan melewati batas" jawab Javvad, suaranya tenang.

Tsania yang duduk diantara dua pria itu hanya bisa diam, wanita cantik bergaya modis itu mengusap lengan Javvad namun dengan cepat putranya itu menepis tangannya.

"Javvad?"

Javvad memalingkan wajahnya, enggan menatap atau sekedar berkontak mata dengan perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia.

"Kamu jaga istri kamu baik baik ya, Aleccia anaknya periang dan mamah sayang banget sama dia"

Javvad mengangguk lagi.

"Kenapa kamu memilih Aleccia untuk dijadikan istri? Kamu tahu kan jarak usia kalian itu 5 tahun.. artinya anak itu masih terlalu muda" Jenar menimpali lagi, membuat Javvad menautkan alisnya tak senang.

Tsania melirik suaminya "Kita sudah sepakat untuk tidak membahas apapun lagi, Javvad sudah menikahi Aleccia berarti kamu tidak bisa ikut campur lagi" peringatnya.

"Kamu yang tidak perlu ikut campur, kalau saja kesepakatan itu tidak ada campur tangan dari kamu mungkin Javvad bisa menjadi pewaris tunggal keluarga saya Tsania"

"Kamu terlalu obses agar Javvad bisa seperti kamu, kita sudah menyepakati semuanya Mas Jenar. Ini semua salah kamu juga!"

Here we go again, Javvad hanya diam melihat kedua orang tuanya saling melempar kesalahan satu sama lain.

Oh, Shall I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang