*
Seperti pembicaraan semalam, siang ini calon suami dari Aleccia rencananya akan datang untuk makan siang keluarga bersama.
Aleccia sejak tadi tengah sibuk menatap pantulan dirinya dari kaca, ia memang cantik benar benar cantik tapi ia masih bingung, alasan apa yang diberikan calon suaminya sampai kedua orang tua Aleccia dengan mudah menerima lamaran itu.
"Kak, ayo turun Javvad udah datang"
Aleccia menoleh, itu Papahnya sedang memanggil dirinya untuk segera turun dan bertemu dengan keluarga Javvad si calon suami yang wajahnya saja Aleccia tidak tahu.
"Iya pah.."
Agra tersenyum tipis lalu meraih tangan putri sulung kesayangannya "Kamu pasti lagi mikir kan sekarang. Nak, Papah sama Mamah gak mungkin berani ambil keputusan yang besar gini tanpa mikir gimana masa depan kamu. Papah tau ini berat buat Ale, tapi kamu coba ketemu dulu ya.. Papah yakin Javvad laki laki baik yang mau membimbing dan menjaga kamu" katanya sembari memgusap punggung tangan Aleccia dengan lembut.
Agra memang sangat menyayangi putrinya, dan kebahagiaan Aleccia adalah prioritas utamanya bahkan jika jaminannya adalah nyawanya sendiri ia pun siap.
"Papah gak mau kamu sakit hati karena laki laki, papah mau kamu bahagia karena kebahagiaan kamu itu bahagianya papah juga nak. Memang tidak ada jaminan dimasa depan nanti kamu dan Javvad akan hidup tanpa adanya masalah keluarga tapi setidaknya papah tau latar belakang keluarga Javvad, gimana perkembangan anak itu sejak dia masih sekolah"
Aleccia mendongak menatap ayahnya, alisnya bertaut tanda ia sedang ingin menanyakan sesuatu. Namun Agra dengan cepat memahami air wajah anaknya, ia tersenyum "Dulu sebelum papah sesukses ini, papahnya Javvad adalah satu satunya orang yang mau membantu Papah.. Dulu papah cuma jadi ajudan pribadi untuk papahnya Javvad" jelasnya lagi.
Aleccia tak bersuara, apakah ini sebuah tanda terima kasih dari ayahnya untuk keluarga Javvad karena sudah menaikkan derajat keluarganya?
"Kamu pasti mikir papah sengaja jodohin kalian ya?"
"Enggak nak, Papah sama sekali gak punya niatan jodohin kamu sama Javvad karena untuk masa depan kamu itu urusan pribadi kamu.. tapi kemarin Javvad datang kerumah dan meminta izin sama Papah dan Mamah untuk membawa kamu keluar dari rumah ini dan tinggal bersama Javvad dirumahnya"
"Kamu tenang aja, Papah gak punya hutang moral atau apapun seperti yang sedang kamu pikirkan. Papah juga sering bantu keluarga Javvad yang beberapa kali membutuhkan sponsor diperusahaan mereka, jadi kamu jangan berpikir pernikahan ini terjadi karena kepentingan kerja atau perusahaan. Ini murni kemauan Javvad" lanjut Agra lagi.
Aleccia mengulum bibirnya, ia masih diambang perasaan bingung dan penasaran. Sepertinya banyak hal yang terjadi diluar perkiraannya.
Agra menghela nafas melihat reaksi putrinya yang tampak masih kebingungan "Nanti kita lanjut lagi, sekarang kita temuin keluarga Javvad dulu ya?".
Gadis cantik dengan rambut yang digerai bebas itu mengangguk kecil. Aleccia tidak bisa membayangkan bagaimana masa depannya, ia sudah terlalu pusing memikirkan bagaimana semua ini bisa terjadi.
-Acara makan siang berjalan dengan lancar, keluarga Javvad dan Aleccia memang bisa dibilang sudah sangat dekat bahkan sebelum Aleccia lahir kedunia.
Dan kini, Aleccia ditinggal berdua dengan Javvad diruang keluarga. Keduanya sejak tadi hanya diam tanpa satu orang dari mereka membuka topik.
"Kamu mau apa dari keluarga saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...