*
"Perempuan tadi siapa?"
"Temen"
Aleccia berdecak, ia menahan tangan Javvad saat pria itu hendak berlalu begitu saja seakan ingin menghindari pertanyaan darinya.
"Saya mau kamu jujur Javvad, reaksi kamu ketemu perempuan tadi beda. Kamu jadi lebih tegang dan emosional... kamu gak sadar selama perjalanan kamu diam dan gak ngehirauin omongan saya?"
Kepala Javvad menoleh pada sang istri, tangannya mengusap punggung Aleccia pelan "Katarina, saya lagi capek.. nanti saja kita bicaranya, ya?" Balasnya tenang.
Mungkin saja Javvad lupa seperti apa sifat istrinya. Keras kepala dan tidak mau mengalah, apa Javvad lupa akan hal itu?
Aleccia menggeleng keras "Saya tahu kamu lagi menghindar, jawab pertanyaan saya gak sesulit itu loh?"
"Javvad?"
"Dia siapa?"
"Jangan-jangan dia masa lalu kamu?"Javvad menoleh cepat, helaan napas panjang ia hembuskan seraya matanya masih menatap lekat Aleccia yang berdiri dihadapannya "Iya, dia masa lalu saya. Sudah ya, jangan dibahas lagi lebih baik kita istirahat" jawabnya pasrah.
"Kenapa tadi harus bohong?"
"Katarina"
"Saya gak pernah berniat men-judge apapun tentang kamu, masa lalu kamu atau masalah keluarga kamu. Apapun itu saya terima, tapi kenapa harus bohong?"
Javvad termangu, sedangkan Aleccia mendengus. Gadis itu melepas heelsnya, lalu melepas antingnya serta mulai melangkah masuk kedalam kamar.
Masih diam, Javvad mulai mengikuti istrinya yabg sepertinya tengah dikuasai emosi yang memuncak. Lagi pula kenapa kenapa perempuan itu harus menampakkan diri lagi setelah Javvad berhasil keluar dari zona terburuknya bertahun tahun yang lalu.
Ia duduk ditepi kasur menatap istrinya yang mulai melepas pakaian dan mencari dress piyama didalam lemari "Katarina.." panggil Javvad pelan.
Tak ada jawaban, namun Aleccia menoleh padanya. Tatapan itu, dingin seperti pertama kali mereka bertemu.
Niatnya ia urungkan, Javvad beranjak mendekati istrinya lalu memeluk tubuh yang menjadi sandaran hidupnya beberapa bula belakang ini. Tangannya melingkar dipinggang Aleccia, dan wajahnya ia benamkan dicekukan leher jenjang itu.
"Kamu kalau lagi marah begini jadi ngingetin saya waktu pertama kali kita ketemu.. kamu sudah langsung nampar saya" bisiknya seraya menghirup aroma istrinya yang manis dan segar "Parfum kamu apa?" Tanya nya.
"Masih sama" jawab Aleccia singkat, dia masih bad mood dengan suaminya.
Javvad mengangguk, ia sedikit tersentak setelah Aleccia tiba tiba berbalik menatapnya. Mata gadis itu masih ada kilat emosi disana, tajam dan sinis. Javvad tentu mengernyit bingung dengan ekspresi dingin istrinya yang seperti singa betina yang lapar dan siap menerkam mangsanya.
"Kamu harus ingat ya Javvad, kamu itu sudah berstatus suami saya. Jaga sikap kamu diluar, saya gak peduli gimana masa lalu kamu dengan perempuan itu tapi jangan sampai kamu bertingkah! Cause i keep my eye on you!"
Sang suami mengangguk seraya mengusap rambut Aleccia "Iya... trust me, okay?"
Tak ada balasan atau respon yang hangat dari Aleccia, gadis itu berlalu begitu saja meninggalkan Javvad yang masih menatapnya lamat.
'Kenapa saya jadi nurut sama anak kecil itu?' Batin Javavd disertai gelengan kecil, anak itu memang keras kepala tapi bisa membuat Javvad yang memiliki sifat tidak peduli tiba tiba manggut-manggut saja jika di nasehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...