38. Jealousy

1.1K 131 38
                                    

*

Sebulan lebih sudah setelah kesepakatan diantara Jenar dan Javvad mereka lakukan. Javvad juga sudah mulai beberapa kali datang kekantor perusahaan milik keluarganya untuk sekedar mengecek apa saja yang mungkin bisa ia ubah nanti. Javvad sudah berjanji dengan Jenar untuk memperbaiki sistem kerja dikantor ini dengan cara yang bersih.

"Bagaimana dengan kantor saya?"

Yap, perusahaan yang dibangun Javvad belum ada kejelasan sampai sekarang. Agak sulit untuk mengurus itu karena menarik sponsor yang sudah deal dengan perusahaan lain bukanlah hal mudah, yang ada Javvad sendiri akan menangguk kerugian lebih besar. Javvad jelas masih ingin memperjuangkan hasil jeripayah nya sendiri, perusahaan itu ia bangun sendiri tanpa nama keluarganya. Javvad butuh kepastian jelas tentang itu, begitu pula dengan karyawannya yang bekerja disana semuanya pasti membutuhkan kepastian jelas tentang masa depan mereka dengan pekerjaan.

Didepannya Jenar berdiri dengan setelan rapih "Bagaimana kalau perusahaan kamu ikut bergabung dengan perusahaan keluarga kita? Jelas akan menguntungkan untuk kedua belah pihak, kan?" Tawar Jenar pada sang anak.

Bisa saja, tapi Javvad menggeleng memberi penolakan "Tidak bisa, perusahaan itu milik saya dengan atas nama saya juga. Jadi keluarga Papa sama sekali tidak bisa ikut campur atas perusahaan itu apapun alasannya, apalagi sampai harus ikut bergabung" tolaknya dengan terang-terangan.

"Baik, kalau begitu kamu boleh kelola perusahaan kamu sendiri. Untuk sponsor Papa akan carikan yang terbaik dan berkualitas"

"Tidak perlu Pah, saya bisa sendiri"

Sekali lagi, Jenar hanya bisa mengangguk membiarkan Javvad memilih pilihannya sendiri. Terpenting ia sudah menawarkan bantuan, jika ditolak berarti bukan salahnya kan?

"Bagaimana dengan perusahaan ini? Apa ada beberapa hal yang ingin di rubah? Atau apa?" Jenar membuka percakapan baru, sengaja mengalihkan topik agar tak ada perasaan canggung diantara mereka berdua.

Javvad melihat sekitarnya, sesekali mendongak menatap lantai dua diatas sana "Jelas tidak ada yang perlu di rubah dari tempat ini, niat saya hanya akan memperbaiki sesuatu yang rusak tanpa mengganggu yang sudah sempurna. Untuk para karyawan semuanya bagus, cara kerja mereka baik dan normal saja. Mungkin saya akan mengajak beberapa manager management untuk meeting secara pribadi. Bagaimana menurut Papa?".

Jenar menghela napas, sepertinya anaknya ini memiliki pemikiran yang jauh lebih kritis dibanding dirinya. Jenar akhirnya mengiyakan "Baiklah, silahkan lakukan sesuatu yang menurut kamu benar" ucapnya seakan memberikan kepercayaan penuh kepada anak sematawayangnya itu.

Pembicaraan mereka terus berlanjut, Jenar sempat menawarkan Javvad untuk menempatkan Aleccia di salah satu posisi penting diperusahaan mereka. Namun jelas Javvad menolak, alasannya sudah sangat jelas, Javvad tidak ingin Aleccia masuk terlalu dalam karena perusahaan ini masih belum bersih, dan juga Aleccia memang cepat tangkap dalam melakukan sesuatu namun masih banyak yang harus Javvad ajarkan lagi. Jadi posisi Aleccia masih akan tetap sama, sekretaris sementara menggantikan Mars.

Setelah masa magangnya selesai, baru mungkin Javvad bisa memikirkan posisi apa yang pantas didapatkan istrinya, atau mungkin Aleccia punya opsi pilihan lain? Semuanya kembali lagi pada si cantik, Javvad tidak mau terlalu mengukir kesan ia mengatur-atur istrinya. Aleccia punya pilihannya sendiri, Javvad hanya boleh mengiyakan dan mendukungnya atau memberikan pilihan lain jika harus.

Javvad sempat berpikiran untuk menjadikan istrinya sebagai asisten pribadinya, agar perempuan itu tidak perlu memikirkan sesuatu yang berat. Tapi, tetap saja Javvad harus berbicara serius dengan Aleccia tentang itu. Tahu sendiri bagaimana istrinya yang tantruman itu selalu punya pemikiran diluar nalar, bisa saja ia punya keinginan lain.

Oh, Shall I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang