39. Jealousy (2)

1.6K 148 15
                                    

*

Aleccia menarik tangan Javvad "Aku gak salah kenapa harus diam!?" Serunya tak gentar membela diri. Karena memang ia tidak berbuat salah, jadi tidak adil rasanya perbuatan orang lain tapi harus dia yang menanggung akibatnya. "Yang salah orang lain tapi aku yang kena marah, THAT'S NOT FAIR TO ME! Kenapa kamu—mph!" Aleccia membuka matanya lebar setelah mendapat serangan tiba tiba.

Javvad melumat bibirnya dengan kasar, mencengkram kedua tangannya dan meletakan-nya diatas kepala. Aleccia sulit mengimbangi karena Javvad terlalu agresif dan tidak sabaran, juga rasanya ia tidak nyaman dengan perlakuan seperti ini.

Aleccia mendorong tubuh Javavd dengan sekuat tenaganya, nafasnya memburu sembari tangannya mengusap bibirnya yang ternyata mengeluarkan tetesan darah. Melihat itu Javvad terkesiap, matanya tidak berkedip melihat Aleccia. Javvad mendekati istrinya perlahan, mengusap darah yang mengucur dari bibir kecil itu "Maaf, biar aku bersihin dulu" Javvad terus menekan bibir Aleccia yang luka akibat ulahnya sendiri, ia menatap wajah cantik lamat dan rasa bersalahnya mulai memuncak.

"Bad angry kiss, you bite my lips"

"Sorry"

"You're jealous huh?"

Javvad tak menjawab, tidak sampai emosinya stabil. Jangan sampai dia benar benar keluar dari kamar itu dan memukul Gemaxi diluar sana didepan seluruh anggota keluarganya.

"Javvad"

Tak ada jawaban lagi, Aleccia menghela napasnya ternyata mengatasi Javvad yang sedang cemburu jauh lebih sulit dibanding memancing kemarahan pria itu. Javvad terus saja diam mengunci pergerakannya.

"Kamu kalau diam terus mending aku keluar aja, bibirku juga gak parah banget"

"Siapa yang suruh kamu keluar?"

Aleccia mendongak menatap suaminya, ia meneguk salivanya karena tenggorokannya mendadak kering. Matanya bertatapan langsung dengan tajamnya netra Javvad, pria itu sedang marah, benar benar marah sampai rahangnya keras dan gertakan kecil giginya yang terdengar jelas.

"Terus kita mau dikamar terus? Apa kata keluarga kamu nanti" gadis itu meberanikan diri lagi untuk membalas perkataan Javvad.

"Memangnya kenapa kalau mereka tahu kita dikamar? Ada yang salah dengan itu?"

Aleccia mengernyit bingung, rasa cemburu Javvad menurutnya terlalu berlebihan. Faktanya dia dan Gemaxi tidak melakukan sesuatu yang fatal, hanya berbicara seadanya dan Aleccia juga merespon Gemaxi bukan karena tujuan tertentu.

"Gak salah, tapi kamu yang salah ngurung aku dikamar begini sementara keluarga kamu diluar lagi happy happy. Ini gak bener Javvad, kalau kamu cemburu bukan begini caranya—"

"Aku bukan cemburu, aku hanya gak suka kalau kamu dijadikan objek oleh orang lain. I treat you well, take care of you with all my heart but that one fu*kin man look for opportunities to touch your body in a disrespectful way. I'm offended with that"

"Yes, that's called jealousy"

Kalah telak, Javvad mengaku kalah debat dari sang istri. Mau melakukan berbagai macam cara untuk denial, semuanya sudah jelas bahwa ia sedang cemburu melihat istrinya didekati pria lain terlebih lagi itu kerabat dekat yang Javvad tahu sikap dan kelakuannya dari dulu.

"Lepasin, aku mau keluar"

Tak ada suara, Javvad bergeming masih menatap tajam Aleccia. Gadis kecil ini memang tidak pernah berubah, kebiasaannya yang suka memberontak tidak pernah hilang. Dengan isi kepalanya yang membludak, pada akhirnya Javvad mengalah. Ia mendengus kasar lalu mundur melepaskan Aleccia "Pergi saja" katanya dengan suara berat.

Oh, Shall I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang