*
Siang ini Javvad tengah memasak makanan untuk dirinya dan sang istri. Panasnya matahari dihari senin kali ini berhasil membuat siapapun akan mengeluh, benar benar satu orang mendapat satu matahari.
Javvad belum sepenuhnya berbaikan dengan Aleccia. Siang tadi ia hanya menegur istrinya itu saat ingin bersih bersih setelah pulang dari kantor dan sampai sekarang mereka belum bertegur sapa lagi.
Javvad sengaja, karena jujur saja, sudah 1 bulan sejak mereka mengucapkan janji pernikahan di atas altar, belum ada perkembangan dari perasaan masing masing. Hanya sedikit momen yang mungkin tidak begitu berpengaruh dengan perasaan mereka berdua.
Sudah Javvad putuskan ia akan kembali menjaga jarak dengan perempuan itu. Tidak akan tidur sekamar berdua lagi atau berpelukan dan sejenisnya. Lebih baik Aleccia sadar dengan perbuatannya yang kelewat batas dibanding Javvad harus terus terusan dipaksa mengerti dengan tingkah istrinya yang suka seenaknya.
Siapa sih yang mau pernikahannya seperti Javvad? Perasaan belum jelas, skinship seadanya, canggung saat berdua, dan belum jelas kedepannya mereka akan seperti apa. Apakah bercerai? Atau hidup bahagia berdua? Mungkin kehadiran anak akan menyempurnakan kehidupan rumah tangga mereka? Balik lagi, memangnya akan ada cinta diantara Javvad dan Aleccia?
Pria dengan kaos polos itu akhirnya mematikan kompor listrik miliknya, mulai menata makanan diatas meja. Setelah selesai, dia mengirim pesan pada istrinya agar segera keluar dari kamar untuk menyantap makan siang bersama.
"Javvad!"
"Hm"
"Kamu punya temen cowok gak?"
Javvad tak menjawab, Aleccia tahu jawabannya tapi malah bertanya lagi. Lantas Javvad malas menganggapinya.
"Ditanyain juga!"
"Kamu gak lihat? Saya lagi makan. Kamu juga tahu jawabannya, kenapa tanya lagi?"
Aleccia sedikit tersentak mendengar balasan dari suaminya, merasa Javvad sedikit berubah lebih sensitif dari biasanya "Kamu kenapa sih, sensitif banget!" Ujarnya lumayan kesal, jujur saja sikap Javvad begini membuat Aleccia bingung.
"Kalau kamu punya temen cowok, kenalin ke temen saya dong! Namanya Hannah, anaknya baik kok terus--"
"Baiknya kamu urusin diri kamu sendiri" setelah kalimat itu keluar, Javvad bangkit dari duduknya. Makan siangnya sudah selesai juga jadi dia akan kembali ke kamarnya dan meninggalkan Aleccia begitu saja.
"Aneh, apa karena masalah kemarin? Atau karena masalah kantor?" Aleccia bergumam sendiri sembari terus memikirkan apa yang salah dari suaminya itu.
Baru saja Aleccia tersadar ternyata Javvad memiliki banyak masalah akhir akhir ini.
-
Keadaan belum membaik, sepasang suami istri itu masih juga belum saling menegur satu sama lain. Oh ralat, Javvad saja yang menghindari Aleccia sedangkan Aleccia hanya mengikuti keinginan Javvad.
Pukul 7 malam hari ini, Aleccia makan seorang sendiri karena Javvad belum keluar dari kamar. Mungkin sedang banyak kerjaan atau ada urusan lain. Javvad menyempatkan diri memasak makan malam untuk mereka berdua, tapi setelah itu dia lebih memilih makan dikamar sendirian ketimbang makan bersama istrinya.
Entah apa yang terjadi dengan pria itu, Aleccia pun bingung. Apa semua karena dirinya? Memangnya dia salah apa?
Disela makan, ponsel gadis itu berdering. Tertera nama ayahnya disana, Duh semoga bukan untuk membahas masalah kemarin lagi.
Karena dia adalah anak yang berbakti pada orang tua, maka segera Aleccia mengangkat telfon dari ayahnya.
"Halo pah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...