*
Javvad meninggalkan Laura sendirian disana, ia kembali kedalam gedung untuk menghampiri istrinya yang sedang terluka. Rasanya Javvad ingin sekali memukuli Laura jika dia buka perempuan, benar benar tertolong gender saja. Rasa kesal Javvad sudah tidak bisa diredam lagi setelah apa yang dilakukan Laura kepada istrinya.
"Katarina"
Si cantik yang tengah mengusap luka lebamnya itu menoleh kemudian memberikan ruang agar Javvad bisa duduk disampingnya "Iya.." jawabnya.
"Coba lihat tangan kamu" Javvad perlahan meraih lengan istrinya, diusapnya pelan kulit putih susu itu dengan lembut "Kenapa gak telfon saya Katarina" katanya.
"Gak sempet, saya udah keburu kesel sama dia. Dia tuh kenapa sih sebenarnya? Sakit jiwa atau gimana, segitunya banget ngurusin rumah tangga orang lain"
Javvad hanya menggeleng kecil, dia sendiri tidak paham dengan mantan kekasihnya itu. Datang ke acara Jeremy yang sudah jelas jelas menolaknya untuk datang saja sudah termasuk kurangajar, apalagi sampai berani menyakiti istrinya. Javvad memandangi luka lebam itu lamat "Mau kerumah sakit atau pulang? Biar saya bisa obatin kamu" katanya.
"Ke kantor polisi aja gak sih? Laporin aja tuh manusia kurangajar, abusive sama istri mantannya karena belum move on. Dasar perempuan sakit jiwa"
Omelan itu pasti akan terus Javvad dengar sampai istrinya puas sendiri. Terlebih lagi ini terjadi tiba tiba, herannya Aleccia seperti tidak merasakan sakit sekarang hamha saja emosinya yang meledak-ledak ingin membalas perbuatan Laura.
"Kenapa gak teriak? Biar saya juga denger. Kalau kamu hanya berdebat kayak tadi yang ada kamu ikutan gila ngadepin dia"
Aleccia melirik suaminya, ia berdecak tipis "Gak mungkin saya teriak teriak diacara besar begini. Yang ada malah merusak momen dan buat tamu yang lain gak nyaman! Gimana sih kamu" balasnya sedikit mencibir diakhir.
"Kenapa gak langsung pergi dari sana? Kenapa kamu nanggepin dia? Gak ada habisnya kalau kamu juga beri ruang buat dia cari masalah ke kamu"
"Kok kamu malah nyudutin saya?! Kamu gak liat tangan saya sampe lebam begini karena dicengkram sama orang gila itu?!. Dikira gampang kali ya ngelepasin kekerasan begitu, kalau saya banyak gerak dia makin kasar!"
Javvad terdiam saat itu juga, apa yang dikatakan Aleccia memang benar. Dilihat dari lukanya, pasti istrinya itu juga berusaha keras untuk melawan tapi mungkin saja fisik Laura lebih kuat dibandingkan istrinya itu. Aleccia itu tempramen dan suka kelepasan pakai kekerasan fisik, dan mungkin yang terjadi tadi Aleccia shock dan tidak ada persiapan melawan balik ditambah dengan situasi sekarang sangat tidak memungkinkan Aleccia ikut tantrum dan jambak jambak-kan.
"Lagian dia tuh kenapa gak tahu malu banget sih! Gak diundang tapi tetep nekat datang. Emang dasarnya lonte sialan"
"Katarina"
"Apa! Mau belain dia?"
Javvad menggeleng, ia menghela "Kamu makan dulu, habis itu kita langsung pamit ke Jemyan dan Winona. Kita bicarakan dirumah, okay?"
Aleccia cemberut lagi, dia menarik kasar Ice Cream pemberian Javvad "Hm!" Jawabnya sekedar berdehem kesal.
-
"Menurut kamu mereka ngapain ngajakin kita datang?"
Javvad menggidikkan bahunya, tak peduli apa yang akan terjadi nanti. Disaku jasnya sudah ada pisau lipat jika sewaktu waktu diperlukan mungkin akan ia keluarkan apalagi jika itu bergantung pada Aleccia. Jika harus melukai Jenar sekalipun ia siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...