12. The problem maker

1.4K 194 15
                                    

*

"Nanti kalau ditanya, kamu jawab seadanya. Jangan diceritain semua, karena yang lebih butuh penjelasan itu saya. Mengerti kamu?"

Aleccia lagi lagi hanya bisa mengangguk. Sepertinya Javvad benar benar akan menceramahinya habis habisan setelah ini. Pagi ini untungnya adalah hari minggu, jadi Aleccia dan Javvad sudah membuat plan penuh apa yang akan mereka lakukan seharian ini.

Pagi ini mereka akan menuju rumah Agra dulu, ya semalam Papah mertua dari Javvad itu sampai menelfon menantunya berkali kali untuk mengkonfirmasi foto yang ternyata juga dikirimkan oleh anonym ke mereka.

Dan bersyukurlah Aleccia, Javvad masih mau berbaik hati mengantarnya ke rumah orang tuanya. Jika tidak, ya mungkin saja Javvad akan membiarkan gadis cantik itu pergi sendirian.

Disinilah mereka sekarang, baru saja masuk kedalam pekarangan rumah orang tua Aleccia. Javvad dengan setelan kemeja putih, dan Aleccia dengan dress berlengan panjang selutut berwarna kuning muda.

"Javvad.. kalau misalnya Papah marah gimana"

"Konsekuensi dari perbuatan kamu pasti ada. Jadi terima saja nanti"

Aleccia ingin sekali memukul suaminya yang menjengkelkan itu, ya minimal tenangin hati istrinya 'KEK!

Mau tak mau, suka tidak suka Aleccia akhirnya diam. Berjalan dibelakang Javvad, ditatapnya punggung lebar suaminya yang kini sudah membuka pintu masuk rumah orang tuanya. Javvad meliriknya sebentar, lalu memberinya kode untuk memberikan senyuman terbaiknya untuk Agra dan juga Isabelle yang sepertinya memang sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

"Pagi Pah, maaf sedikit telat tadi saya ada masalah jadi harus diselesaikan dulu sebelum datang kesini" sapa Javvad pada Agra. Lalu ia pun memberikan senyum tipis pada Isabelle.

"Tidak masalah Javvad, masalah yang kamu maksud pasti ada kaitannya dengan istrimu itu" sindir Isabelle pada putrinya yang masih berdiri dibelakang Javvad. Menunduk dan diam.

"Mah sudah. Kalian berdua masuk sini"

Agra mempersilahkan putrinya beserta menantunya untuk duduk lebih dulu. Raut wajah nya berbeda dari biasanya, Aleccia bisa merasakan itu ketika matanya tak sengaja menatap ayahnya.

Javvad hanya mengangguk saja lalu meraih pinggang istrinya dan mengajak untuk duduk berdampingan. Aleccia, dia setuju setuju saja karena disaat seperti itu bukan waktunya untuk emosi pada suaminya.

"Semalam Papah dan Mamah dapat kiriman foto dari anonym, foto kamu.." Agra melirik Aleccia yang masih menundukkan kepalanya disamping Javvad "..disana kamu sedang merokok, apa itu benar. Aleccia?" Lanjutnya bertanya pada Aleccia.

Tak ada balasan berupa suara dari Aleccia, gadis itu hanya bisa mengangguk kecil.

Tampak juga raut wajah marah dari Isabelle, wanita paruh baya itu menggelenglan kepalanya tak percaya "Ngeyel terus kamu, sebulan lalu kamu kabur dari rumah Javvad pergi ke club. Sekarang ke club lagi kan? Nambah masalah sekarang malah merokok. Kamu tahu kan bagaimana Mamah dan Papah mendidik kamu jadi perempuan baik baik, tapi kamu selalu saja begini! Mau sampai kapan kamu terus terusan seperti perempuan malam begini Aleccia" ucapnya panjang lebar pada Aleccia.

Isabelle beralih pada Javvad yang juga diam mendengarkan segala macam omelan dari wanita itu "Dan Javvad, terima kasih sudah mau direpotkan sama Aleccia. Anak ini memang harus diajari cara menjadi istri yang baik, bukan yang suka kelayapan sampai tengah malam! Kamu pasti minum alkohol juga kan" ujarnya lagi pada anak gadisnya.

Aleccia hanya bisa diam, meremat tangannya sendiri sambil terus merutuki dirinya sendiri. Dan sekarang seakan tidak ada yang berpihak padanya, ayahnya jelas sedang merasa kecewa karena sejak tadi hanya diam tidak membelanya saat ibu nya itu mengomel panjang kali lebar. Juga sama dengan Javvad yang juga hanya diam disampingnya.

Oh, Shall I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang