*
"Kamu ngomong apa? Saya gak denger"
Javvad terkekeh pelan, seraya merapihkan rambut sang istri yang berantakan sampai menutupi sebagian wajahnya "Lupa.." balasnya pelan.
Delik mata yang tajam dilayangkan Aleccia untuk suaminya, dia mendengarnya dengan jelas tapi hanya ingin Javvad mengungkapkannya sekali lagi apa salahnya? Tapi memang dasarnya Javvad laki laki kaku jelas saja dia tidak mau mengulangi kalimatnya tadi.
"Serius, tadi kamu ngomong apa? Saya dengernya kayak lagi kumur kumur.."
"Salah kamu sendiri gak denger"
Kan! Dasar laki laki ngeselin! Dia tuh sengaja emang bikin istrinya kesel dan berakhir kena pukul, terus nanti Javvad mulai memberi wejangan yang bikin kuping Aleccia tuh sakit. Javvad tuh kayak orang tua yang suka ceramahin anaknya, apa aja diomelin, semuanya harus perfect.
Untung saja Aleccia tidak dituntut jadi sempurna, kalau sampai itu terjadi lihat aja apa yang akan terjadi. Mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak pernah dibayangkan Javvad sebelumnya. Tahu sendiri kan istrinya Javvad itu unik, isi otaknya tidak bisa ditebak.
"Dasar laki laki gak jelas" cibir Aleccia mulai beranjak dari posisinya, ia akhirnya kembali duduk disebelah. Matanya melirik sinis ke arah Javvad, kalau bukan lagi dijalan mungkin sudah ada aksi pukul disana.
Tapi Aleccia meredam keinginannya itu, karena meteka sedang dalam perjalanan pulang. Jika dia marah sekarang atau sampai memukul Javvad bisa bisa dia diturunkan dipinggir jalan.
"Bahasanya Katarina"
"Bihisinyi kitirini, malesin banget. Saya tuh nanya! Kamu tadi ngomong apa, siapa tau penting gitu tapi saya gak denger"
"Gak penting kok" balas Javvad cepat, matanya sudah kembali fokus pada jalanan. Perempuan disebelahnya mulai berisik lagi, artinya Javvad harus mengalihkan perhatiannya.
"Ya kalau gak penting tinggal ngomong aja sekarang! Saya mau tau" cecar sang istri lagi, ia mulai mengayun-ayunkan tangan kanan Javavd.
"Nanti saja bahasnya.. kita lagi dijalan, kamu jangab tarik tarik tangan saya... Astaga!"
Javvad menghela napasnya setelah menginjak pedal rem mendadak, dia menoleh pada istrinya yang juga terkejut dengan aksinya yang tiba tiba "Kamu diam dulu, saya jadi gak fokus nyetir kalau kamu narik tangan saya kayak tadi. Kalau tadi saya gak injak rem, tadi saya nabrak kucing!" Omelnya.
Tak ada sahutan, Aleccia diam sembari mulai melepas lengan Javvad. Dia sama sekali tidak mau menatap pria itu, tangannya ebrgerak mencari ponsel di tas nya kemudian mulai menyibukkan diri.
-
Siang ini, seperti biasa Aleccia ditinggal sendirian dirumah oleh Javvad. Pria itu berangkat pagi tadi, dan mungkin akan pulang sekitar 1 atau 2 jam lagi.
Aleccia menyadari bagaimana ia mulai mendalami perannya sebagai seorang istri. Siang ini ia bahkan berniat untuk memasak makanan untuk Javvad, karena katanya Javvad akan makan dirumah.
"Mau masak yang enak tapi kemampuan masak ini pas pas-an... kalau masak itu itu lagi gak enak sama Javvad, masa istri masaknya cuma nasi goreng, telur goreng, atau mie instan"
Dia jadi frustasi sendiri, ingin rasanya mencoba masakan baru. Tapi terakhir kali Aleccia mencobanya, dapur mereka hampir ludes terbakar. Berakhir dia kena ceramah panjang dari suaminya sampai tidak boleh menyentuh barang dapur selama seminggu.
"Cari referensi lewat google aja kali ya" Aleccia akhirnya menemukan ide. Dia mulai mencari beberapa masakan yang tidak begitu sulit untuk dimasak, dan sesuai dengan bahan yang ada. Lagian, Javvad belum belanja keperluan dapur lagi jadi yang ada hanya beberapa sayuran, sosis, telur dan mie instan. Huft, mau ngeluh juga percuma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...