*
"Mau apa lagi kamu?"
Javvad menarik istrinya agar menjauh dari Laura yang masih berdiri disana dengan tatapan yang sulit diartikan. Laura menatap keduanya bergantian lalu tersenyum kalem "Ngobrol sebentar. Udah selesai juga kok Jav, aku pamit dulu" balasnya kepada Javvad yang masih melayangkan tatapan tajam kepadanya.
"Awas saja kalau kamu berani sentuh Aleccia, urusan kamu dengan saya Laura"
"Saya juga gak minat ngabisin banyak energi dengan dia. Masih banyak yang lebih menarik dibanding harus berurusan dengan dia" Laura melirik Aleccia diakhir katanya, lantas kening si cantik itu berkerut tak senang.
"Kamu yang datangin saya sialan!" Gadis yang posisinya dibelakang Javvad itu sedikit berteriak kearah Laura. Seenak jidat saja dia berkata tidak minat menghabiskan energi dengan Aleccia tapi faktanya dia lah yang menghampiri Aleccia lebih dulu.
"Kasar sekali mulut kamu kalau bicara, gak diajarin sama orang tua?"
"Kamu duluan yang cari masalah!" Suaranya kian mengeras setelah balasan Laura yang malah bawa nama orang tuanya. Didepannya Javvad menahan tangan Aleccia kuat karena jika tadi bisa saja dia sudah maju dan menarik ekras rambut Laura dan berujung akan merusak suasana di cafe itu.
Apalagi ini sedang jam makan siang yang pasti banyak orang di tempat itu, Javvad tidak suka menarik perhatian orang orang dengan hal seperti ini. "Pergi Laura, jangan buat keributan disini" usirnya.
"Istri kamu yang teriak teriak kok malah aku yang diusir" wanita itu tertawa kecil "Lagian aku memang mau pergi" sambungnya lalu akhirnya melenggang keluar dari tempat makan siang Javvad dan Aleccia.
Seperginya Laura, Aleccia memukul lengan Javvad keras "Kenapa sih dia tuh ada dimana mana?" Tanya-nya.
"Saya juga gak tau— tapi dia gak ngomong macam-macam 'kan sama kamu?"
Aleccia terdiam, sebenarnya dia agak penasaran dengan maksud dari Laura tadi. Ia menatap Javvad, kira kira benar atau tidak ya? Apa Javvad masih menyembunyikan sesuatu darinya atau itu hanya tipu muslihat Laura agar hubungannya dengan Javvad kian renggang.
Entahlah Aleccia harus lebih pintar sekarang, tidak ada gunanya percaya dengan Laura. Perempuan yang dari awal niatnya ingin merusak hubungan jelas akan melakukan cara kotor dan licik demi kepuasannya sendiri. Mungkin percaya dengan Javvad ada yang terbaik.
"Tadi dia sempat mau pengaruhi saya, dia mau buat saya curiga dan gak percaya sama kamu.. intinya dia bilang mungkin ada sesuatu yang gak kamu ceritain ke saya. Aneh kan? Emang perempuan gak jelas"
Javvad menegang seketika, perasaan takutnya mulai datang. Bukan karena Laura, tapi Aleccia belum waktunya tau tentang hal itu dan satu satunya orang yang berhak menceritakan segala sesuatunya hanyalah Javvad, bukan Laura atau Jenar bahkan Tsania sekalipun. Javvad hanya menunggu waktu yang tepat.
"Iya— sekarang kita makan dulu" balas nya mengalihkan topik. Syukurlah Akeccia tak menyadari hal itu, jadi Javvad tak perlu repot repot memikirkan alasan lain lagi.
Semenjak kedatangan Laura, Javvad menyadari semuanya mulai berantakan. Mulai dari perasaannya yang gundah, karena tidak ingin Aleccia berinteraksi dengan Laura, juga hubungannya dengan Jenar yang sebelumnya sudah rusak sekarang semakin jauh dari kata damai dan mungkin tidak akan ada kata itu dalam kamus Javvad kepada ayahnya sendiri.
Kedatangan Laura dan ide gila Jenar benar benar merusak sesuatu yang sudah Javvad tata dengan baik sejak awal. Prioritasnya sekarang bagaimana caranya menyelamatkan pernikahannya dengan Aleccia dari dua titisan setan yang sedang bekerja sama itu. Pusing sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Shall I Stay?
General Fiction▪︎ on going Siapapun akan memiliki respon yang sama jika harus dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terpikirkan. Menikah dengan seseorang yang bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, bagaimana jika pernikahannya berakhir tragis? Atau drama perseling...