23. rindu namun tidak mengaku

27 4 0
                                    

Aisha kembali menghela napas mendengarkan pidato panjang dari pembina upacara kali ini. Setelah melewati drama rumit yang di mulai hari sabtu kemarin, akhirnya Aisha harus kembali bertemu dengan Raya, Hendra dan orang-orang menyebalkan lainnya.

Aisha masih ingat saat malam minggu Kira mengirim beberapa voice note dengan suara serak yang menangis menjelaskan jika Hendra ternyata memarahinya di chat whatsapp. Yang anehnya, Aisha tidak mendapatkan pesan apapun dari Hendra kecuali laki-laki itu menanyakan keberadaan Aisha, apakah sudah pulang atau belum.

"Lama amat anjay itu pidatonya," komentar Melia yang berada di belakang Aisha.

Meskipun merasakan hal yang sama kesalnya, Aisha kali ini hanya diam, tidak mengomentari sang pembina upacara seperti yang biasa dia lakukan saat SMP.

Jelas, Aisha versi ini sudah berbeda dengan Aisha saat SMP yang sampai diperingati dan diancam akan diseret ke depan oleh guru yang menjadi pengawas.

Kali ini upacara bendera pun sudah berakhir tanpa omelan panjang lebar Aisha yang sekarang terlihat lebih kalem sampai teman sekelasnya pun menganggap jika Aisha memang pendiam. Untuk Aisha sendiri, dia tidak keberatan, dan tidak repot-repot menyangkal tuduhan teman sekelasnya itu.

Setelah upacara bendera, ada beberapa menit yang bisa digunakan untuk sekedar santai dan menginginkan tubuh yang tadi terasa terpanggang. Aisha sendiri, dia sedang mengambil beberapa foto dengan objek tanaman, berniat akan mempostingnya di instagram sebagai latar untuk dia menjawab pertanyaan templat yang sedang banyak digunakan.

'Lagu yang ngingetin ke seseorang.'

Aisha mencoba memilih foto yang diambilnya sebelum masuk kelas tadi, namun menurutnya, dia tidak menemukan satupun yang cocok, berakhir memilih layar pastel polos untuk dia jadikan background dari story instagram nya pagi itu.

"Aisha, udah PR matematika?" Hingga pertanyaan Lana membuat Aisha sedikit panik, menyadari jika dirinya belum sempat mengisi soal yang berjumlah sepuluh itu. Kemudian ponselnya tergeletak begitu saja di laci meja, tanpa Aisha sadari jika seseorang mengomentari story yang baru saja dibuatnya.

"Wih, Bu Nina nya udah dateng!"

Seruan dari luar kelas itu, membuat Aisha berusaha sebisa mungkin mengerjakan soalnya dengan cepat, ralat bukan mengerjakan, karena yang dilakukannya adalah menyalin jawaban dari Lana yang sudah mengerjakan soal itu semalam.

"Ah sial," umpat Aisha dalam hati. Dia kemudian melanjutkan tulisannya, beberapa orang pun sama, hingga tak ada satupun dari mereka yang mengingatkan Bu Nina jika sebenarnya hari ini ada pekerjaan rumah yang harus diperiksa.

"Sudah sampai halaman mana kemarin?" tanya Bu Nina, beliau sudah duduk di kursinya dan membuka LKS.

"Halaman delapan belas Bu."

"Oh masih delapan belas?"

"Iyaa ..."

"Kok tertinggal dari kelas lain ya, yasudah sekarang kerjakan halaman sembilan belas sampai dua puluh saja, biar enggak ketinggalan, nanti Ibu periksa."

"Baik Buuu!" jawabnya serempak.

Padahal halaman sembilan belas dan dua puluh adalah tugas yang seharusnya di kerjakan di rumah dan hari ini di periksa.

Aisha diam-diam saja, tidak mau ikut campur dalam kebohongan teman sekelasnya namun tidak berniat memberitahu yang sebenarnya juga, karena dia sama saja. Belum mengerjalan tugas itu, sudah tahu kan dari dulu saat SMP pun Aisha biasanya menyontek kepada Abian atau Fierra, maka saat SMA pun Aisha sadar, jika dia tidak mempunyai bakat di dunia perhitungan.

TimelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang