34. kembali bertemu

74 9 0
                                        

Sebuah dress berwarna krem menjadi pilihan Aisha untuk acara kali ini, dengan riasan simple wajahnya kali ini terlihat lebih cerah dengan bantuan kosemtik Aisha juga bisa membuat kontur wajahnya menjadi lebih tegas, mencoba memperlihatkan make up yang simple namun tetap bisa menutupi kekurangannya seperti jerawat kecil dan bebetapa bintik putih yang ada di dekat mata.

Aisha sekali lagi menatap tampilannya melalui cermin besar yang ada di dinding kamar, menghela napas panjang kemudian membuka matanya kembali dan mengambil botol parfum, menyemprotkannya banyak kemudian memasukan botol itu ke dalam tas dan membawanya.

Aisha sudah memesan ojeg online, dia akan sampai sekitar tujuh menit karena kediamannya dengan tempat acara Fierra tidak terlalu jauh. Aisha datang sendirian, dia tidak mempunyai waktu atau cukup keberanian untuk menghubungi temannya yang lain dan mengajak pergi bersama, maka karena itu di sini lah dia sekarang, menatap ke arah panggung yang masih ramai oleh orang-orang yang bersalaman bergantian.

Aisha berjalan percaya diri, mendekat menuju pengantin yang memancarkan aura bahagianya, dengan kebaya putih dan riasan yang khas, Aisha bahkan sampai tidak sadar jika yang baru saja dilihatnya itu adalah orang yang sama yang dulu terbahak-bahak bersamanya di dalam kelas, di jalanan bahkan di lapangan saat upacara bendera.

Ternyata waktu sudah berjalan sejauh itu sekarang.

Aisha tersenyum haru, meski kadang dia selalu berkata tidak siap menjadi dewasa, tapi dia sadar dengan fakta seperti apapun dia menolak, itu tidak akan pernah bisa membuat waktu memutar dan memberikan Aisha masa anak-anaknya kembali.

"AISHA!"

Teriakan itu, suara familiar yang sangat lama tidak dia dengar, suara yang dulu selalu membuat hari-harinya berisik—kini terdengar lagi dengan jelas, bukan lagi di dalam mimpi atau bayangan, bukan lagi harapan semu, namun inilah kenyataannya.

Aisha berbalik, menemukan gerombolan orang-orang dewasa yang tidak dia sangka mendekat ke arahnya, membuat Aisha dengan senyuman haru melihat orang-orang itu satu per satu.

Abian-Raffa-Angga-Bunga-Zara dan Yola berdiri di sana, melihat ke arahnya sampai tidak sadar saat Zara mendekat dan memeluk Aisha secara tiba-tiba.

"Aishaa! kangen bangett!"

Mata Aisha sampai saat ini masih belum bisa dia alihkan dari keberadaan laki-laki tinggi yang memakai atasan batik itu, suaranya menjadi lebih besar, tinggi badannya pun kini sudah bertambah, rambutnya tersisir rapi—sejauh apa mereka berpisah sebenarnya.

"Aishaa?? lo kemana ajaa??"

Aisha tersenyum kecil dan membalas pelukan Zara, kini dia tidak bisa berpura-pura lagi, dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, tidak akan menjadi Aisha yang menyebalkan yang bahkan saat itu sangat jutek kepafa Raffa yang kini melihat ke arahnya.

"Gue ada kok! kangen banget, kalian tadi barengan ke sininya?" tanya Aisha setelah pelukannya bersama Zara terlepas.

"Enggak kok, kita ketemu di sini tadi. Nggak tau tuh yang cowok-cowok kayaknya barengan."

Aisha kemudian tersenyum, menyalami satu per satu orang yang menemani masa remajanya itu.

"Haii Rapaaaa? kabar gimana? baikk?" tanya Aisha dengan senyum jenaka membuat Raffa menatapnya tak percaya.

"Shutt, udah jangan jawabb gue tau kok lo baiikkk!" ujarnya mengacungkan jari jempol seolah mengisyaratkan jika ini bukan saat yang tepat untuk membahas perilah kejadian beberapa bulan lalu.

"Anggga, Bungaa! enggak nyangka banget kalian akhirnya jadian ginii!"

Angga tertawa kecil dan mengulurkan tangannya akan menyalami Aisha setelah Aisha menyalami Bunga. "Iya, takdir emang enggak ada yang tahu, lo gimana nih?"

"Gue gini-gini aja sih Ga."

Tangan Aisha kemudian terulur di depan Abian.
"Hai Abian, gue udah tinggi kan sekarang?" tanyanya mencoba biasa saja, menunjukan senyuman yang sudah banyak berubah tanpa dia sadari.

...

Fierra menatap haru teman-temannya yang kini sedang menikmati makanan di kursi yang berjajar. Rasanya dia ingin berlari ke sana, ikut tertawa dan menceritakan banyak hal seru bersama mereka, hingga Fierra mungkin tidak sadar jika laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu memperlihatkannya dari tadi.

"Kenapa? mau kumpul sama mereka?" tanyanya lembut membuat Fierra mengangguk tanpa ragu.

"Mau. Tapi enggak bisa."

"Kenapa enggak bisa, boleh aja gih kalo kamu mau."

Fierra menggeleng, menunjuk tamu yang masih berjajaran.

"Yaudah, kamu ngobrol aja sama mereka sebentar, suruh mereka jangan cepet-cepet pulang biar kamu juga bisa ngobrol dulu sama mereka nanti."

"Boleh?"

"Boleh lah, kamu kangen banget sama mereka pasti, udah lama enggak ketemu kan?"

"Iya, udah lama. Itu yang baju krem namanya Aisha, orang yang suka aku ceritain dulu, dia temen deket aku pas kelas sembilan."

"Terus satu lagi yang mana?"

"Enggak tau, aku belum liat dia dateng dari tadi."

"Yaudah samperin dulu gih, orang-orang juga pasti ngertii."

Fierra tersenyum kecil dan mengangguk.

"ADUHH PENGANTIN BARU DATENGIN KITA GAES." seruan keras berasal dari Raffa itu berhasil membuat orang-orang melihat ke arah mereka, Fierta menutup wajahnya malu, dia masih belum berubah.

"Kenapa nih pengantin, ada yang mau diomongin?"

"Iya. Jangan pulang dulu yaa, nanti makan malam di sini mau nggakk?"

Kebetulan sekarang sudah hampir sore, jadi menunggu jam makan malam bukan yang membosankan apalagi jika dilewati bersama dengan teman yang baru bertemu lagi seperti sekarang.

"Bolehh dongg, kita-kita juga lagi pada gabut, jadi yaudah kita duduk di sini aja sampe malem."

"Jangan di sini juga dong, ngehalangin orang aja, masuk rumah gue aja sana. Kosong kok."

"Oke deh, ada makanannya kan?" tanya Angga di angguki Fierra.

"Amann."

Mungkin semua orang merasa senang dengan permintaan Fierra kala itu, berkat permintaan kecil ssng pengantin baru mereka bisa berkumpul lebih lama.

...

TimelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang