Tahu apa yang menjadi hal terburuk yang Aisha rasakan selama dia hidup? melihat teman-temannya menggunakan almamater impian sedangkan dirinya duduk melihat mereka dengan iri. Dia tidak melakukan apapun, tidak daftar kuliah, belum mendapatkan pekerjaan seolah ini menjadi kombinasi paling sempurna atas hancurnya Aisha Pricilla.
Setelah melakukan ujian, lalu perpisahan di sekolahnya, kini Aisha kembali pulang ke rumah orangtua, beberapa bulan ini mereka hanya dipenuhi dengan perdebatan yang berujung Aisha yang mengalah atau dipaksa kalah? dia tidak mendapatkan keinginanya, kenyataan jika dia gagal kuliah tahun ini membuatnya terasa dipukul hingga hancur menjadi puing-puing debu saja.
Psikologi. Universitas Padjajaran. Bandung.
Kini hanya menjadi mimpi yang harus segera dia kubur dalam-dalam demi kebaikan mentalnya.
Pikirannya penuh, hatinya hancur, jam tidur berantakan dan mulai menyadari jika sekarang dia benar-benar sendirian, tidak punya teman.
Aisha kemudian mengambil tas kecilnya, dia bergerak memasukan dompet dan memesan ojeg online yang akan mengantarkannya ke salah satu tempat tujuan yang tiba-tiba hinggap di kepalanya.
Selama perjalanan pun, mata Aisha hanya fokus memperhatikan jalanan yang sepi, dengan pikiran penuh, kusut dan belum menemukan jalan keluar.
Jika dulu Aisha sering keluar rumah hanya untuk jalan-jalan pagi, maka sekarang dia membencinya, benci dengan pertanyaan semacam: lanjut ke mana karena Aisha selalu tidak mempunyai jawaban bagus untuk peryanyaan itu bahkan saat dia akan masuk SMA pun sama, bahkan kini terulang dan menjadi lebih buruk.
Entah kenapa, dia merasa jika dia adalah satu-satunya orang yang tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Melihat teman-temannya yang mempunyai jalan mulus membuatnya tanpa sadar membenci diri sendiri, menyadari bagaimana mereka dengan mudahnya mendapatkan apa yang Aisha impikan.
Mereka dengan mudah mendapatkannya sedangkan Aisha yang mati-matian berjuang selalu kembali dipatahkan dengan kenyataan.
Aisha sedang duduk di kursi tunggu, berniat akan masuk ke dalam jika mini market ini sedikit lenggang. Hingga perempuan yang terlihat seumuran dengannya menarik perhatian Aisha karena dia merasa familiar dengan wajah itu, namun Aisha tidak mengingatnya.
Karina Zalva. Nama yang tertulis dalam kertas yang ada di pangkuan perempuan itu membuat Aisha sejenak memejamkan matanya, mengingat-ingat dimana dia pernah tahu nama itu.
"Karina?"
"Iya Karina Zalva nama panjangnya."
Lalu dia menahan napas begitu sadar jika perempuan cantik di sampingnya itu adalah orang yang sama yang dulu selalu menjadi bahan gibahan untuk meledek Abian. Perempuan ini—mantannya Abian Pratama.
"Karina?" gumam Aisha secara refleks, membuat perempuan di sampingnya itu menoleh dengan senyuman kecil.
"Oh, hai. Siapa ya?"
Aisha tertawa canggung. Tidak menyangka jika oramg di sampingnya ini akan mendengar gumamannya, nanggung, Aisha akhirnya memilih mengulurkan tangannya, menyebutkan namanya dan mengatakan alasan dia memanggil Karina adalah karena melihat namanya tertulis di atas kertas.
"Oh iya, ini aku mau lamar kerja, jadi bawa berkas ginian deh."
Aisha mengangguk kecil. "Maaf sebelumnya, tapi aku kayak ngerasa pernah liat kamu deh."
"Oh iya? dimana?"
"Kamu mantannya—eh enggak jadi deh entar marah, lagi. Sorry," ujar Aisha lalu tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeline
Teen Fiction[𝐞𝐧𝐝] Tentang Aisha Pricilla dan sesuatu di masa lalu yang belum usai. Aisha merasakan perasaan yang tidak dia harapkan, bagaimana bisa dia secara tiba-tiba menyukai orang yang berada di masa lalunya. Mereka sudah lama tidak bertemu, namun deta...