30. sesuatu yang akan dimulai

24 4 0
                                    


Tentang ucapan Viona, Aisha tidak percaya, terdengar begitu mustahil mendengar bagaimana bisa laki-laki sempurna seperti Alvian menyukainya yang banyak kurangnya. Bahkan seumur hidupnya, Aisha merasa jika belum ada satupun yang menyukainya.

Ayolah, Aisha tidak merasa dia mempunyai sesuatu yang bisa menarik orang lain menyukainya.

Namun sekarang, saat Alvian kembali mengantarkannya pulang, seperti biasa laki-laki itu selalu mempunyai topik pembicaraan sehingga Aisha tidak terlalu canggung, namun sore ini berbeda, ini bahkan lebih dari kata canggung, Aisha bingung apa yang harus dikatakannya setelah Alvian terang-terangan mengaku ingin mendekatinya.

"Gimana Sha?"

"Maaf nih Pa–"

"Saya udah bilang berkali-kali loh Aisha, kalo lagi berdua gini nggak usah manggil Pak, kesannya saya kayak tua banget," ujar Alvian kemudian terkekeh.

"Udah biasa manggil Pak, Pak."

"Pak lagi. Panggil Kak aja deh, Lagian umur kita cuma beda lima tahun."

"Oke deh, K—Kak."

"Nah bagus, terus jawaban kamu gimana?"

"Kak Alvian bercanda yaa? kalo iya nggak pa-pa, santai aja." Aisha mencoba terkekeh garing, menertawakan ucapan Alvian yang dianggapnya sebagai lelucon.

Namun wajah Alvian masih datar. Bahkan dia kembali menegaskan dengan mengulangi lagi perkataannya, membuat Aisha berhenti dan menunjukkan wajah bingungnya.

"Maaf nih Kak, bukannya enggak ngehargain atau apa ya, tapi saya tuh sadar diri Kak, enggak mungkin lahh bisa sebanding sama Kak Alvian."

"Loh, kata siapa? kita sama aja Aisha. Kamu manusia, saya juga manusia, enggak ada bedanya."

Arggh Aisha rasanya sangat lelah dengan dunia orang dewasa. Bagaimana bisa laki-laki itu langsung berterus terang seperti itu bahkan saat hubungan mereka masih se kaku ini?

Apa beginikah cara kerja pria dewasa?

Tapi Aisha menjadi bingung sendiri, jika dia menolak dia tidak enak dan jika dia menerima dia tidak sanggup.

Ditambah lagi, jika dia curhat kepada Viona pasti perempuan berumur dua tahun diatasnya—tapi tidak mau dipanggil Kakak itu akan meledeknya habis-habisan, dan akan semakin besar kepala karena firasatnya benar.

"Ya gimana ya Kak, Kak Alvian cari yang setara aja gih, saya masih jauh dari standar."

"Standar siapa? saya? yang tahu standar saya itu ya cuma saya sendiri, lagian yang saya mau Kamu Aisha, bukan orang lain," jawabnya dengan tegas membuat Aisha ingin memukulkan benda keras ke atas kepalanya yang baru saja menemukan masalah baru, membuat pundaknya kembali berat.

"Kita jalanin aja ya Sha?"

....

Selama ini, tak ada yang menjadi tujuan Aisha selain membenahi hidupnya sendiri yang masih dia rasa berantakan. Pikirannya hanya penuh dengan bagaimana cara dia bisa mengumpulkan uang dan mengerjakan tugas kuliah tepat waktu meski dia selalu merasa keteteran.

Belum ada niat dalam hatinya atau bahkan mungkin Aisha belum pernah terpikirkan sama sekali tentang bagaimana tiba-tiba seorang laki-laki mencoba masuk ke dalam hidupnya yang masih jauh dari kata baik-baik saja.

TimelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang