.
.
.Jimin mulai merasakan keanehan pada diri istrinya. Sesekali wanita itu tersenyum, lalu beberapa detik kemudian sorot matanya berotasi dengan cepat. Seolah sedang jengah melihat sesuatu.
Sesuatu yang membuat Jimin tidak berhenti ikut menatap apapun yang juga istrinya tatap.
Bibi Yu Ri.
Istrinya saat ini sedang memperhatikan bibi Yu Ri yang sedang berinteraksi hangat dengan beberapa orang tak jauh dari tempat Lya duduk. Senyum yang Lya tampakkan bukan senyum bahagia. Senyum dan terkadang diiringi seringai mengerikan. Dan itu begitu aneh terlihat di wajah cantik istrinya.
"Sayang ..." Jimin mengusap punggung kecil Lya lalu mengambil duduk tepat di sebelah Lya dan ikut memperhatikan objek yang sama.
"Ada apa? Sejak tadi kuperhatikan kau terus saja menatap ke arah sana." Jimin mengambil sepotong kue lalu menyuapkan pada mulut kecil Lya. "Kau belum makan sejak tadi. Tidak lapar?"
Lya menggeleng. "Aku sedang menunggu seseorang datang menyapaku ..." gumam Lya.
"Apa kita kesana? Kebetulan aku belum menyapa bibi."
Lya menahan lengan Jimin yang hendak bangun dari duduknya. "Sebentar lagi aku yakin dia akan kemari ..."
Acara makan malam yang Lya adakan hari ini hampir berakhir. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sebagian teman Lya dan Jimin sudah berpamitan pulang. Hanya tersisa beberapa kerabat dekat termasuk ayah Lya.
Jimin bergegas berdiri lalu membungkukkan tubuhnya saat ayah Lya berjalan mendekat, diikuti bibi Yuri. "Terima kasih sudah datang bi," ucap Jimin ketika bibi Yu Ri memeluk dirinya.
"Bibi yang berterima kasih karena kau sudah membahagiakan Lee."
Jimin tersenyum walaupun terasa aneh mendengar kalimat dari bibi Yu Ri. Ia bahkan sempat mengernyit namun dengan cepat ia mengalihkan perhatiannya pada ayah mertuanya yang berdiri di belakang Lya.
"Ayah menginap saja bagaimana? Besok kami antar ke airport. Ini sudah malam sekali." Jimin menawarkan pilihan namun tuan Lim menolak dengan lembut.
"Tidak apa-apa meskipun sudah malam. Aku menaiki pesawat pribadiku," jawab tuan Lim yang disetujui bibi Yu Ri.
Lya menunduk lantas tersenyum setelah meyakini sesuatu. Kali ini hatinya tidak mungkin salah. Rangkaian mimpi yang selama ini datang adalah sesuatu yang ia yakini kebenarannya. Sekali lagi ia tersenyum melihat kaki jenjang itu kini berdiri tepat di sampingnya.
"Bisakah kita sering-sering berkumpul seperti ini?" tanya bibi Yu Ri dengan suaranya yang lembut. Tangannya membelai lembut kepala Lya, membelai sepanjang rambutnya.
"Kenapa? Bibi senang?" Lya justru balik bertanya.
Bibi Yu Ri mengangguk senang tapi tidak dengan tuan Lim. Lya tentu menyadari sorot mata itu. Sorot mata yang penuh kekhawatiran. "Tentu saja. Sudah lama bibi tidak bertemu-"
Ucapan bibi Yu Ri terputus begitu saja. Mungkin ia menyadari ada yang salah pada kalimatnya lalu buru-buru menggantinya, "Sudah lama bibi tidak berkumpul seperti ini ..."
Lya mengangguk dua kali, "Ooh ... Yaa mungkin lain waktu kita bisa berkumpul lagi. Ya kan ayah?" Lya menoleh pada tuan Lim yang ekspresinya sedikit tegang.
"Eumm Lee ... Ayah ingin bertanya padamu," Tuan Lim sedikit memperbaiki posisi duduknya, "Emm, darimana kau mengenal dokter Kim?"
Lya dengan percaya dirinya memutar tubuhnya, "Ayah lupa? Sungguh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARK & LEE
FanfictionJimin bertekad mencari manusia yang sudah menghancurkan hidupnya lima belas tahun yang lalu. Hingga akhirnya ia membangun sebuah firma hukum dibantu oleh Hae Mi dan teman-temannya. Siapa sangka di tengah pencarian itu Jimin justru bertemu dengan se...