🥀
🥀
Rencana ingin pergi jalan-jalan menghabiskan waktu berdua terpaksa Jimin tunda beberapa saat karena harus mengembalikan mood istrinya lebih dulu.
"Sayang ..." Jimin menekuk satu lututnya didepan Lya yang lebih dulu duduk di atas sofa mininalis yang ada di dalam ruang kerja Jimin.
"Kau boleh memukulku kalau masih belum puas melampiaskan marahmu," Jimin menangkup kedua tangan Lya. Ia mengusapnya lembut, memberikan ketenangan pada Lya karena masih ada ketegangan disana.
"Kalau aku balas tidur dengan pria lain boleh?" Lya bertanya dengan pandangannya mengarah pada lemari kaca yang terletak di sudut ruang.
Sebaris pertanyaan yang mampu membuat Jimin panik seketika.
"Tidak!" Jimin hanya punya satu kata tidak untuk pertanyaan Lya.
"Tapi aku tidak bisa memaafkan kalian," wajah Lya terlampau kaku dan dingin tapi dua maniknya berair. Lya kembali menangis.
"Apa kalian menikah saja? Tidak apa-apa. Aku lelah oppa. Aku lelah!" Lya melempar punggungnya ke belakang. Ia bersandar dengan wajah yang menengadah ke atas.
"Kau lupa? Aku akan menjadi manusia paling egois karena akan terus mempertahanmu di sampingku."
"Ini ... Sakit sekali ... Sakit ... Aku tidak tahan ..."
"Kita pulang ya?" Jimin meraih tas milik Lya yang tersampir di sandaran sofa lalu menggantungnya di bahu kiri.
Lya bergeming. Ia tetap dalam posisinya. Ia tidak bergerak meskipun Jimin sudah menarik tangannya dengan lembut. "Kau harus istirahat. Aku tidak akan membiarkanmu kelelahan. Jadi ayo kita pulang saja Lya."
"Aku membenci kalian," gumam Lya.
Jimin mengangguk, "Benci kami sebanyak yang kau mau. Tapi aku tidak akan melepaskanmu Lya."
Lya membenci suara itu. Suara lembut penuh cinta yang dulu selalu menjadi kesukaannya. Lya membenci kesukaannya. Ketika dia mulai membayangkan bagaimana suara favoritnya itu menyebut satu nama yang lain ketika sedang mencapai sebuah kepuasan.
"Berhenti menangis Lya. Aku tidak suka melihatmu menangis!" Suara tegas Jimin mulai terdengar ketika Lya justru semakin terisak dengan semua hal yang sedang ia bayangkan.
"Kau tidak suka melihatku menangis, tapi kau yang membuatku menangis!" ucap Lya dengan rahangnya yang mulai mengeras.
Jimin tau istrinya sedang marah. Seharusnya Jimin bersikap lembut, seharusnya Jimin membujuk, tapi tidak. Jimin tidak melakukan itu.
"KITA PERGI DARI SINI!!!"
Tidak peduli dengan Lya yang enggan bergerak, Jimin kembali menarik lengan istrinya. Dan kali ini Jimin menariknya dengan sedikit kasar.
"Aku mencintaimu Lya! Aku mencintaimu!" kata Jimin ketika keduanya berjalan keluar dari ruangan.
"Kau dengar? AKU MENCINTAIMU!"
Jimin mengabaikan Joe juga Hae Mi yang baru saja ia lewati. Ia tidak peduli bagaimana sedihnya Hae Mi melihat dan mendengarnya menyerukan kalimat cinta berkali-kali pada Lya.
"Aku hanya mencintaimu!" Jimin terus berjalan menarik lengan istrinya yang sengaja memberatkan langkahnya.
"Aku hanya mencintai Lilyana!"
"TAPI KAU TIDUR DENGAN WANITA LAIN!!!" Lya sudah tidak bisa menahan diri. Jadi ia berteriak seraya menghempas lengannya hingga terlepas dari genggaman Jimin.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARK & LEE
FanfictionJimin bertekad mencari manusia yang sudah menghancurkan hidupnya lima belas tahun yang lalu. Hingga akhirnya ia membangun sebuah firma hukum dibantu oleh Hae Mi dan teman-temannya. Siapa sangka di tengah pencarian itu Jimin justru bertemu dengan se...