12 - L I L Y A N A

268 35 2
                                    

[Lee Pov]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Lee Pov]

Pernikahan yang awalnya kukira menyebalkan nyatanya tak semenyebalkan itu. Aku memang tidak menyukai Jimin tapi pernikahan ini menyelamatkanku.

Pernikahan yang tidak kusukai ini justru membebaskanku dari sesuatu yang mengerikan.

Aku hidup di dalam kehidupan yang mengerikan sejak kecil. Sejak aku lupa meminum obat yang seharusnya membuatku terlelap dan tidak menyadari kejahatan mereka padaku.

Mereka adalah orang-orang yang hidup bersamaku sampai aku dewasa. Mereka orang-orang yang aku sayangi.

Mereka termasuk ayahku.

Rasanya seperti disambar petir. Bahkan aku mengingatnya sampai sekarang. Bagaimana suara ayah malam itu.

Beberapa orang yang rajin mengunjungiku ke kamar. Menyuntikkan sesuatu pada tubuhku. Malam itu aku dibuat hancur ketika ada suara ayah di antara suara-suara mereka yang berisik. Suara ayah yang memerintahkan seseorang untuk menambah dosis entah apa itu.

Suntikan yang selalu membuat kepalaku sakit dan rasanya ingin pecah. Suntikan yang baru aku tau tujuannya untuk apa. Entah apa maksud ayah yang ingin menghilangkan ingatanku. Awalnya kukira hanya satu kali. Ternyata berkali-kali. Bahkan berlangsung sampai aku dewasa.

Jadi benar kan pernikahan ini menyelamatkanku. Tanpa aku sadari, Jimin sudah menyelamatkanku.

Pria itu semalaman menjagaku dari mimpi buruk yang tiba-tiba datang.

Aku memejam mengingat mimpiku semalam sekali lagi. Mimpi itu benar-benar mengerikan. Wanita yang berdiri di sampingku, wanita yang tidak punya hati. Dia membiarkan pria itu kesakitan. Dia tidak berbuat apa-apa padahal pria itu sekarat.

Ingatanku kembali pada pria yang sedang tergeletak di lantai di dekat kakiku. Dia mengerang kesakitan. Dia meminta pertolongan padaku tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya menangis.

Pria itu yang kupanggil ayah.

Bagaimana bisa aku memanggil pria itu dengan sebutan ayah sedangkan ayahku sendiri masih ada disini. Nampak begitu sehat tidak kurang apapun. Sedangkan pria di dalam mimpiku itu sekarat dan mati di depanku.

Aku menghela napasku yang berat. Rasanya begitu sesak memikirkan keadaanku sendiri. Hingga hari ini aku masih memikirkan apa yang emmbuat ayah dan orang-orang di sekitarku berbuat sejauh itu padaku.

"Hai ..." sebuah elusan lembut terasa di pipi kiriku membuatku menengok ke samping. Pria bermata sipit itu tersenyum padaku. Senyumnya bahkan terlihat begitu manis. "Aku tidak ingin kau memikirkan sesuatu yang lain saat kita sedang berlibur," Jimin duduk di samping menghadapku. "Kau hanya akan bersenang-senang disini."

Aku menunduk setelah mendengar ucapan Jimin. Ucapannya benar-benar manis dan berhasil membuat wajahku tiba-tiba terasa hangat. "Ayo ..." ajaknya.

"Mau kemana?" tanyaku bingung. Saat kuperhatikan, Jimin baru saja selesai mandi. "Semalaman kau tidak tidur apa tidak kelelahan?" aku sedikit ragu mengiyakan ajakan Jimin karena mengingat kondisinya yang kurang tidur.

PARK & LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang