34 - Hapus Saja

237 33 10
                                    

.

.

.

Flashback

Jimin menatap nanar pada layar ipad yang Joe berikan padanya sejak dua puluh menit lalu. Dia sudah menggeser layar itu berkali-kali, juga membacanya berulang kali. Joe tidak perlu bertanya bagaimana perasaan Jimin saat ini. Begitu jelas terlihat wajah pria itu. Bagaimana frustasinya dia mengetahui semua cerita yang selama ini terkubur dalam.

"Hyung ..." Joe mengguncang pelan bahu Jimin ketika pria itu menunduk dengan begitu dalam. 

Jimin mengangkat wajahnya. Menampakkan raut sendu dengan dua mata yang sudah memerah.

"Jadi firasatku benar? Tentang perhiasan milik Lya?" Joe spontan mengangguk.

"Yang selama ini kusimpan, itu bagian dari milik istriku Joe?" Tanya Jimin seolah masih tak percaya.

"Kenyataannya begitu. Burung merak. Bentuk itu terlalu aneh untuk dimiliki orang Korea hyung. Tidak dijual bebas. Kita harus memesannya secara khusus. Dan itu hanya dilakukan oleh keluarga mereka."

Jimin meremas pinggiran ipad nya. Kenyataan yang dia terima hari ini benar-benar menghancurkan dirinya. Semua informasi lengkap berhasil Joe dapatkan. Informasi yang sudah bertahun-tahun ini dia tunggu. Tapi nyatanya, bukan kepuasan yang Jimin dapatkan.

"Ini menyakitkan!"

Joe mengangguk mengerti. Dia paham betul perasaan seperti apa yang Jimin rasakan saat ini.

"Jangan beritahukan pada yang lain dulu," Jimin menatap Joe penuh harap. "Aku tidak ingin mereka membenci istriku."

Lagi-lagi Joe mengangguk. Joe memperhatikan bagaimana kini Jimin kembali menggeser layar lalu mulai membaca satu per satu file itu untuk yang kesekian kalinya.

"Kau sudah membacanya berulang kali hyung!" Joe menatap khawatir pada Jimin. "Lebih baik kau letakkan benda itu lalu beristirahat."

"Sehebat apa mereka sampai bisa membungkam semua orang selama bertahun-tahun? Apa aku tidak mengenal keluarga istriku?" Jimin mulai meneteskan air matanya.

Tulisan-tulisan itu seolah sedang menari dan berputar di kepala Jimin. Membuat pria itu meringis dan kembali menangis. Bagaimana bisa, manusia yang dia cari selama ini ternyata adalah bagian dari wanita yang paling dia cintai.

Semua data yang berhasil Joe kumpulkan, Jimin baca tanpa ada yang terlewat. Seolah tidak percaya dengan kenyataan, Jimin masih berusaha untuk mencari celah bahwa yang tertulis disana bukanlah bagian dari Lya.

"Aku bergadang hampir selama dua minggu ini untuk berhasil membobol file mereka hyung. Jadi tolong, pikirkan keputusanmu dengan baik. Kau ingin melanjutkan ini atau menutup semuanya. Tapi ingat, ada wanita yang sama sekali tidak mengerti. Dia benar-benar tidak terlibat. Dia istrimu."

Ucapan Joe membuat Jimin lantas meletakkan benda pipih itu di atas meja. Dia kembali meneguk minuman yang sudah tersisa sedikit lalu melempar punggungnya pada sandaran sofa.

Suara musik yang menggema di dalam club tidak mampu membuat Jimin bergerak senang seperti yang biasanya dia lakukan. Malam ini dia hanya menangis dan terus meratapi kenyataan yang Joe bawa untuknya.

Jimin seharusnya senang dan menang karena berhasil mendapatkan sesuatu yang selama ini dia cari dengan susah payah. Seharusnya Jimin sekarang melakukan pesta perayaan karena berhasil membongkar kejahatan yang sudah menghancurkan hidupnya. Seharusnya Jimin sekarang bersenang-senang dengan ketiga teman lainnya. Teman yang sudah menemaninya sejak lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PARK & LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang