| 13 |

488 53 6
                                    


Zhan merasakan kepalanya berdenyut sakit dan juga perutnya terasa sangat aneh serta keringat dingin selalu saja mengalir di keningnya. Zhan perlahan bangkit dari ranjangnya seraya memijat kepalanya dan berjalan ke dapur, ia merasa sangat haus.

Lim yang tengah makan memandang Zhan aneh, wajah pria itu terlihat pucat.

"Ada apa Zhan?" tanya Lim khawatir.

"Zhanzhan tidak tahu."

Zhan mengambil sebotol air di kulkas dan dengan cepat meneguknya. Kemudian ia duduk di meja makan dan melihat banyak sekali makanan.

"Apa kau sakit?" tanya Lim lagi yang kemudian berjalan mendekati Zhan dan menempelkan punggung tangannya di kening pria itu.

Lim mengernyitkan dahinya bingung saat merasakan suhu tubuh Zhan yang sangat dingin.

"Tidak apa Ge, mungkin Zhanzhan hanya kelelahan." ucap Zhan yang tak ingin abangnya merasa khawatir.

"Baiklah, istirahat saja untuk hari ini." Lim mengelus pelan kepala Zhan dan melangkah pergi. Ia harus segera bekerja, jangan lupakan bahwa Lim adalah orang sibuk.

Zhan menganggukkan kepalanya dan melahap sereal yang terhidang. Setelah itu ia makan salad buah dan juga puding. Setelah memastikan perutnya kenyang, Zhan kembali melangkahkan kakinya menuju lantai atas.
Zhan kembali memijat kepalanya yang masih terasa pusing dan juga perutnya yang semakin mual.

"Apakah aku masuk angin?"

"Ya, mungkin saja."

Zhan segera merebahkan tubuhnya di ranjang dan berharap sakit di kepalanya cepat menghilang. Tetapi rasa sakit itu tak kunjung berkurang dan malah semakin menjadi-jadi. Zhan juga mengeluarkan keringat dingin hingga membuat tubuhnya basah akibat keringat.

"Apa yang terjadi?..." gumamnya lirih dan mengambil minyak aroma terapi di lacinya. Ia segera menghirup aroma itu tetapi ia malah semakin mual.

Wajah Zhan memucat dan juga bergetar. Ia meraih ponselnya dan mencoba untuk menelepon Lim, tetapi ia mengurungkan niatnya saat mengingat Lim sedang bekerja dan pasti sangat sibuk.
Zhan merasakan tubuhnya tiba-tiba memanas dan bergetar hebat. Zhan juga merasakan perutnya seperti sedang diobrak-abrik membuatnya meringis kesakitan.

Zhan tak lagi bisa menahan rasa sakitnya dan ia mau tidak mau mencoba menelepon Yibo untuk meminta bantuan.

"Tes terakhir, apa yang akan kau lakukan untuk perusahaan mu jika kondisi keuangan tidak kondusif?" Tanya dosen pada Yibo yang tengah melakukan tes seleksi kelulusan.

"Saya akan mengatur keuangan sebaik-baiknya sehingga kondisi tidak kondusif pada keuangan tidak akan terjadi, kalaupun itu terjadi saya bisa mengurangi pengeluaran terlebih dahulu dan memaksimalkan pengelolaan keuangan." Jawab Yibo mantap.

Ketiga dosen yang tengah berada di ruangan terlihat menganggukkan kepala mereka takjub dengan jawaban Yibo.

"Tes selesai, kau bisa keluar."

Yibo tersenyum seraya membungkukkan badannya hormat dan berjalan keluar dari ruangan. Yibo dapat menghela nafasnya lega dan mengambil ponselnya. Ia mengaktifkan kembali mode senyap pada ponselnya dan melihat sudah 5 panggilan tak terjawab dari Zhan. Yibo seketika mengernyitkan dahinya dan mencoba menelepon Zhan kembali.

Tak selang beberapa lama Zhan mengangkat panggilan tersebut dan memanggil Yibo berkali-kali dengan suara yang terdengar lirih.

"Yibo... Cepatlah ke mari..."

"Zhan?! Apa yang terjadi?!"

"Kepalaku sakit dan perutku terasa aneh..."

"Baiklah aku akan ke sana!"

December [Yizhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang